Isnainy berangkat dari kloter 21 Surabaya, bersama Suudi suaminya dan Kumala Kartini ibunya. Gina, putri Isnainy, mengaku baru mengetahui ibunya menjadi korban robohnya crane setelah melihat daftar korban dari sejumlah pemberitaan di media online.
"Terkejut aja pas liat daftar korban ternyata ada nama ibu saya. Sempat coba menghubungi penyelenggara haji, tapi tidak ada respon," ujar Gina, saat ditemui Sabtu (12/9/2015).
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Gina sempat menghubungi sang ayah. Sayangnya, saat dihubungi via telepon, sang ayah juga mengaku tak tahu dengan kondisi istrinya. "Sampai sekarang saya tidak tahu dengan kondisi ibu. Apakah mengalami luka-luka atau bagaimana," imbuh Gina.
Gina beserta anggota keluarga lainnya masih harap-harap cemas dengan nasib ibunya. Dia mendesak pemerintah mengambil langkah aktif untuk sesegera mungkin melaporkan kondisi seluruh korban.
Peristiwa jatuhnya crane di Masjidil Haram terjadi pada Jumat petang, 11 September 2015. Pada jeda waktu Ashar dan Magrib tersebut, cuaca ekstrem terjadi. Setelah hujan es dan petir menyambar, crane jatuh lalu menimpa beberapa calon haji yang berada di lokasi. Sebanyak 107 orang tewas dan 238 luka-luka. Dari Indonesia enam tewas dan 31 luka-luka.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(UWA)