medcom.id, Surabaya: Jawa Timur menjadi provinsi tertinggi kedua penderita gizi buruk balita pada 2015. Posisi pertama ditempati Nusa Tenggara Timur, sementara Jawa Tengah dan Banten di posisi ketiga dan keempat.
Hal itu disebabkan karena serapan anggaran program pembinaan gizi di Jawa Timur pada 2015 sangat rendah. Hanya 7,28 persen atau Rp2 miliar dari Rp28,2 miliar.
Tercatat, jumlah balita di Jatim lebih dari 3 juta orang. Dari jumlah itu, balita yang mengalami gizi buruk sebanyak 2 persen pada 2014. Sedangkan jumlah gizi buruk di Jatim pada tahun 2015 mencapai 2,2 persen.
"Tahun 2013 sebesar 2,2 persen, lalu 2014 turun menjadi 2 persen dan 2015 naik lagi menjadi 2,2 persen, ini memperlihatkan banyak program yang belum terserap dengan baik," ujar anggota fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Jatim, Agatha Retnosari, di Surabaya, Selasa (12/4/2016).
Dia mengatakan, jika serapan anggaran terkait dengan program-program yang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Jatim masih sangat minim. Rata-rata Dinkes Jatim hanya mampu menyerap anggaran sekitar 3 hingga 33 persen.
Diantaranya, program kesehatan ibu dan anak dari total anggaran sebesar Rp2 miliar yang terserap hanya Rp900 juta. Kemudian program kesehatan ibu dan reproduksi dari total anggaran Rp2 miliar yang terserap hanya Rp300 juta atau hanya menyerap anggaran 3,3 persen.
"Kebanyakan programnya adalah dekosentrasi dengan promotof prefentif, maka otomatis potensi kekuarangan gizi cukup besar," kata anggota Komisi E DPRD Jatim itu.
Menurut dia, tingginya gizi buruk di Jatim bukan karena tingginya jumlah warga miskin. Tetapi lebih banyak karena tidak maksimalnya pendidikan pada ibu-ibu. "Masih banyak ibu-ibu di Jatim yang tidak memiliki pendidikan tentang asupan gizi ke anaknya. Selain itu faktor budaya juga masih mendukung untuk meningkatkan gizi buruk di Jatim," kata dia.
Terpisah, Gubernur Jatim Soekarwo, membantah Jatim menduduki peringkat kedua dengan gizi buruk tertinggi di Indonesia. Menurutnya berdasarkan data yang dilansir oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur, tingkat penderita gizi buruk di Jatim berada diangka 1,8 persen. Prosentase tersebut cukup bagus, karena gizi buruk yang disebabkan oleh kemiskinan hanya 22 persen. Lainnya disebabkan oleh asupan gizi yang salah.
"2013 sebesar 2,2 persen, 2014 sebesar 2 persen dan 2015 sebesar 1,8 persen, jadi nggak benar kalau Jatim disebut tertinggi di Indonesia," pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(TTD)
