Pesona Ranu Kumbolo, Gunung Semeru, Jawa Timur (Foto: Ant/Teresia May)
Pesona Ranu Kumbolo, Gunung Semeru, Jawa Timur (Foto: Ant/Teresia May) (Aditya Mahatva Yodha)

Gerakan Sapu Gunung Semeru Digelar Sabtu Ini

gunung bromo
Aditya Mahatva Yodha • 28 April 2016 17:24
medcom.id, Malang: Sebanyak 1.000 orang dari 300 komunitas pecinta alam Indonesia akan mengikuti Jambore Sapu Gunung di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS). Kegiatan mengumpulkan sampah yang dibuang para pendaki di Gunung Semeru itu akan dilaksanakan pada Sabtu 30 April 2016.
 
Koordinator Gerakan Sapu Gunung Syaiful Rochman mengatakan, saat ini belum banyak upaya mengurangi dan mengelola sampah di destinasi wisata gunung. Untuk itu perlu pendataan, pengawasan, dan pengelolaan sampah.
 
Menurut Syaiful, tempat sampah yang disediakan di kawasan taman nasional dan gunung membuat para pendaki membuang sampah di wadah itu. Seharusnya, sampah dibawa turun dari gunung.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


"Kalau jarak dari wadah sampah sekitar 5 kilometer dari pos-pos pendakian, pengelola taman nasional sendiri akan kewalahan. Pasti dibutuhkan banyak orang dan tenaga serta biaya untuk membawa sampah tersebut. Oleh karena itu, jangan sediakan wadah sampah di dalam kawasan," kata Syaiful Rochman dalam jumpa pers di Rani Homestay, Tulus Ayu, Tumpang, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Kamis (28/4/2016).
Gerakan Sapu Gunung Semeru Digelar Sabtu Ini
(Koordinator Gerakan Sapu Gunung Syaiful Rochman dalam siaran pers Foto: MTVN/Aditya)
Selain bersih-bersih, pembacaan Deklarasi Gunung Lestari dan Kode Etik Pecinta Alam juga akan dibacakan di area perkemahan Ranu Pani, Gunung Semeru.
 
Kode etik ini merupakan hasil pertemuan forum mahasiswa pecinta alam (Mapala), siswa pecinta alam (Sispala), dan sejumlah kelompok pecinta alam lainnya. Kode etik ini dicetuskan pertama kali dalam pertemuan akbar pecinta alam se-Indonesia, Gladian Nasional Pecinta Alam IV, pada 1974.
 
"Mereka merumuskan bahwa harus adanya etika bagi para pecinta alam. Maka diciptakanlah kode etik itu di Ujung Pandang pada 1974. Nanti kami ingin membacakannya kembali agar menggugah para pendaki muda untuk menjadi pendaki yang cinta dan peduli pada alam," pungkas dia.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


(TTD)
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif