Polisi melakukan olah tempat kejadian perkara terbaliknya sarana penyeberangan tradisional di Gresik, Jatim. (Metrotvnews.com/Amaluddin)
Polisi melakukan olah tempat kejadian perkara terbaliknya sarana penyeberangan tradisional di Gresik, Jatim. (Metrotvnews.com/Amaluddin) (Amaluddin)

Penyebab Getek Terbalik di Sungai Perbatasan Gresik-Sidoarjo

tenggelam
Amaluddin • 13 April 2017 16:27
medcom.id, Gresik: Dugaan sementara penyebab tenggelamnya getek penyeberangan (ponton) karena kelebihan muatan. Ditambah derasnya arus sungai saat sarana transportasi tradisional itu berjalan.
 
Demikian disampaikan Kapolsek Wringinanom, Rudi Hartono, saat meninjau lokasi kejadian kecelakaan di Desa Suberrame‎, Kecamatan Wringinanom, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, Kamis, 13 April 2017.
 
"Salah satu penyebabnya memang karena tidak sesuai kapasitas, apalagi arus sungai deras, sehingga oleng dan kemudian terbalik," kata Rudi.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Berdasarkan informasi yang ia himpun dari sejumlah saksi di lokasi, Rudi menyebut, kecelakaan terjadi sekitar pukul 07.15 WIB. Ponton itu mengangkut sekitar 13 orang dan tujuh unit speeda motor dari Desa Serbo, Kecamatan Balongbendo, Kabupaten Sidoarjo, menuju ke Desa Suberrame‎, Kecamatan Wringinanom, Kabupaten Gresik.
 
Jarak tempuh penyeberangan tradisional ini sekitar 50 meter. Ponton oleng setelah berjalan 10 meter, dan terbalik. Seluruh penumpang dan kendaraan tercebur ke sungai.
 
"Dua orang meninggal, enam selamat, dan tujuh sisanya belum ditemukan," ujarnya.
 
Penyebab Getek Terbalik di Sungai Perbatasan Gresik-Sidoarjo
Posko SAR getek terbalik.
 
Sudarman, saksi mata asal warga Sumberrame, mengatakan, saat kejadian arus sungai deras. "‎Saat di tengah-tengah penyebarangan, tiba-tiba perahu oleng dan terbalik," ujarnya.
 
Lain halnya Didik Purnomo, warga lainnya. Menurut Didik, kapasitas perahu sudah standar seperti hari-hari sebelumnya. "Kapasitasnya biasanya memang segitu, tapi menurut saya penyebab karena ketinggian air serta kencangnya arus sungai," ujarnya.
 
Didik mengatakan, perahu penyeberangan ini akses tercepat untuk menyerang antar desa. Penyebarangan alternatif ini sudah beroperasi sekitar 20 tahun lalu. Bagi warga yang ingin menyebrang, dikenakan biaya sekitar Rp1.000 per penumpang plus sepeda motor. "Selain biayanya murah, ini jalur tercepat dibanding lewat jalur darat dengan kendaraan," katanya.
 
Hingga saat ini, Tim SAR gabungan TNI, Polri, BPBD dan relawan terus mencari korban.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


(SAN)
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif