Puluhan massa itu bergerak dari kampus Universitas Muhammadiyah Surabaya. Sesampainya di Polda Jatim massa menutup matanya sambil berjalan mundur sebagai simbol matinya hukum di Indonesia. Lalu massa berorasi yang dikawal dari aparat Polda Jawa Timur.
"Kami meminta Bapal Kapolda Jatim mengusut pembunuhan dan petani desa di Lumajang. Kami juga menuntut aparat mengusut tuntas penambangan pasir liar," teriak Purwanto selaku korlap dalam orasinya.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Para mahasiswa ini menggelar aksi dengan membawa poster dengan berbagai tulisan seperti 'Di Tanah Ini Harga Nyawa Lebih Mahal Dari Pada Tambang' dan 'Keadilan Mati Rakyat Tertindas'.
Selain berorasi massa juga mempertunjukkan teatrikal aksi penganiayaan dan pembunuhan dua petani desa Salim alias Kancil yang tewas dan Thosan yang kini dirawat di rumah sakit di Malang.
Sekedar diketahui, Salim alias Kancil seorang petani Desa Selok Awar-Awar, Kecamatan Perisingan, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, tewas dianiaya hingga tewas oleh sejumlah preman suruhan kepala desa setempat.
Selain Salim, petani desa lainnya yang dianiaya adalah Thosan. Namun, Thosan selamat setelah berhasil melarikan diri dalam keadaan luka parah dan kini di rawat di rumah sakit di Malang dalam kondisi kritis.
Para petani desa setempat berencana menggelar aksi demonstrasi penambangan pasir yang merugikan petani. Namun, sebelum aksi digelar kedua petani itu diseret dari rumahnya dan dibawa ke balai desa. Di situ, korban dianiaya dengan menggunakan benda tumpul sejata tajam.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(UWA)