Alat berat di lokasi rencana pengeboran gas di Desa Kedungbanteng, Sidoarjo, Ant - Umarul Faruq
Alat berat di lokasi rencana pengeboran gas di Desa Kedungbanteng, Sidoarjo, Ant - Umarul Faruq (Amaluddin)

Pakar Geologi: Pengeboran di Sidoarjo Berisiko Tinggi

lapindo
Amaluddin • 12 Februari 2016 19:05
medcom.id, Surabaya: Pakar geologi, Amien Widodo, mengaku memahami betul kondisi tanah yang menjadi rencana Lapindo untuk mengebor di Desa Kedungbanteng, Sidoarjo, Jawa Timur. Amin menyebutkan lokasi pengeboran yang letaknya hanya 2,5 kilometer di sebelah utara dari pusat semburan gas dan lumpur Porong tersebut berisiko tinggi.
 
"Jika risikonya tinggi, kita cari cara untuk menurunkannya. Kalau memang sudah tidak bisa diatasi, pengeboran tidak bisa dilakukan di sana," kata pakar geologi asal Institut Teknologi Surabaya (ITS) itu, Jumat (12/2/2016).
 
Ia mengaku meneliti kondisi tanah di Sidoarjo pada 2008 dan 2010. Amin bergabung dengan 39 peneliti lain bentukan Gubernur Jawa Timur Soekarwo untuk menyelidiki kondisi tanah yang dibor Lapindo saat itu.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Pada tahun 2008, kata Amin, saat dirinya bersama tim melakukan penelitian di Sidoarjo, terjadi penurunan tanah yang menyebabkan tanah retak, keluar gas, dan rumah penduduk rusak. 
 
"Tanah yang terpengaruh oleh peristiwa tersebut sekitar 500 meter dari pusat semburan gas yang sangat lekat. Imbasnya, sekitar sembilan Rukun Tetangga (RT) di wilayah diungsikan," kata dia.
 
Lalu dua tahun kemudian, Amien mengaku bersama tim kembali memeriksa kondisi di lokasi yang sama. Semburan gas dengan perlahan mulai melebar karena tanggul bagian tengah jebol. "Tanah yang terpengaruhi pun bertambah menjadi dua kilometer dari pusat semburan saat ini," urainya. 
 
Alhasil, kata Amin, sebanyak 60 RT kembali harus dipindahkan karena mengalami kerusakan yang parah. Karena itu, Amien mengaku setuju jika aktivitas pengeboran dihentikan untuk sementara waktu. 
 
“Kita belum tahu bagaimana perkembangan selanjutnya, apakah semburan sudah berhenti atau justru semakin melebar. Jadi, kami harus melakukan kajian dan penelitian dulu,” pungkasnya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


(RRN)
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif