Didampingi Kepala Penerangan Lanud Abdul Rachman Saleh, Mayor Sus Hamdi Londong Alu, kunjungan tersebut disambut langsung suami korban, Mujianto dan anaknya.
Rumah Mujianto rata dengan tanah setelah TNI Angkatan Udara kesulitan mengevakuasi pesawat yang jatuh pada dua hari lalu. Peristiwa itu menewaskan Erna Wahyu Ningtyas, istri Mujianto.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
"Sudah kami bicarakan lagi. Insya Allah 80 persen keluarga setuju rumahnya tidak dibangun lagi. Nanti kami kontrakkan rumah di sekitar kampung sini," katanya Danlanud usai menemui keluarga korban.
Pihaknya akan membeli tanah milik Mujianto. Besaran harga masih dihitung petugas di lapangan. Apabila sudah mendapat kesepakatan keluarga, sebagian tanah akan diwakafkan ke musala setempat. Sisanya akan dibuat tugu monumen untuk mengenang peristiwa tersebut.
"Keluarga trauma di rumah yang dulu, sekalipun banyak kenangan di rumah tersebut. Paling tidak ada titik terang negosiasi kami dengan keluarga," jelasnya.
Sementara itu, pemilik rumah, Mujianto, belum dapat memutuskan apakah akan menjual rumah miliknya yang kini rata dengan tanah.
"Kalau dibuat monumen silahkan saja, saya harap sebagian tanah diwakafkan ke musholla. Tapi kami belum 100 persen mengiyakan rencanan TNI AU, saya perlu bicara dulu dengan keluarga besar," akunya.
Sebelumnya diberitakan, putera korban, Fahriski Jati Ananto, meminta TNI AU membangun kembali rumahnya yang rusak akibat pesawat Super Tucano menghujam rumahnya. Ia tidak setuju apabila dibangun monumen tugu di bekas rumahnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(RRN)