Pakar astronomi dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Bintoro Anang Subagyo, mengatakan fenomena alam itu memberi manfaat pada masyarakat. Satu di antaranya membuka paradigma masyarakat yang menyebutkan gerhana matahari berbahaya.
"Sebenarnya, bila kita melakukan dengan cara benar, tak akan bermasalah. Tapi bila melihat proses gerhana matahari dengan mata telanjang, itu yang berbahaya," kata Bintoro, Selasa (7/3/2016).
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Dulu, kata Bintoro, masyarakat takut keluar rumah saat gerhana matahari terjadi. Mereka khawatir mengalami kebutaan.
Bintoro meluruskan kebutaan terjadi bila melihat langsung ke arah gerhana tanpa menggunakan medium. Radiasi sinar matahari dalam proses gerhana akan merusak sel pada mata.
Lantaran itu, ujar Bintoro, sebuah medium diperlukan untuk menikmati fenomena bulan saat menutupi sinar matahari. Tak butuh banyak biaya untuk mendapatkan alat tersebut.
"Kita bisa membuat pinhole, menggunakan kedok las. Praktisnya, membeli kacamata khusus gerhana. Harganya saya rasa tidak mahal sekitar Rp30 ribu hingga Rp50 ribu," tuturnya.
Pinhole, katanya, yaitu dengan memberikan lubang kecil pada selembar karton atau kardus. Alumunium foil ditempelkan pada kertas itu.
Lubang tersebut berfungsi menangkap sinar matahari untuk kemudian diproyeksikan pada kertas alumunium untuk pengamatan.
"Kalau saat matahari tertutup total tidak masalah. Namun ketika matahari muncul kembali dengan intensitas cahaya yang tinggi dan pupil mata kita tidak siap, itu yang bahaya," terangnya.
Penglihatan menjadi buram. Namun gangguan itu tak terjadi secara langsung setelah melihat gerhana. Itu bisa terjadi berhari-hari, bahkan berminggu-minggu, setelah momen langka itu.
Menurut dia, gerhana matahari hampir setiap tahun terjadi, Namun, tidak terjadi di tempat yang sama alias berbeda-beda tempat. Ia mencontohkan, gerhana matahari diperkirakan bakal terjadi di wilayah Amerika Utara pada Agustus 2017 mendatang.
"Mungkin Indonesia akan mengalami GMT lagi sekitar 30 tahun ke depan. Namun tidak menutup kemungkinan adanya gerhana matahari parsial, cincin, dan sebagainya," pungkas pria asal Banjarmasin ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(RRN)