"Pemerintah kan tak mewajibkan anak-anak sekolah, tetapi wajib belajar. Bukan karena soal ekonomi, tapi lebih efisien dan maksimal mengajari anak cukup di rumah," kata Sumanto, 35, warga asal Sedati, Sidoarjo, saat ditemui di Asrama Transito milik Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Kependudukan (Disnakertransduk) Jatim, Jalan Margorejo Surabaya, Selasa (26/1/2016).
Sumanto memiliki empat orang anak. Tak satu pun dari mereka yang disekolahkan seperti halnya anak-anak pada umumnya. Baik saat masih di Sidoarjo atau setelah berada di Kalimantan.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Saat disinggung apakah itu merupakan kebiasaan yang dilakukan eks anggota Gafatar dalam mendidik anaknya, Sumanto enggan menjelaskan rinci. Sumanto hanya mengatakan mendidik anak di rumah dengan di sekolah hasilnya tak jauh berbeda.
"Kalau tidak percaya, maaf saja. Silakan tes atau adu cerdas cermat antara anak kami dengan anak-anak yang sekolah," kata bapat empat anak itu.
Menurut yang diketahui Sumanto, tidak ada anak-anak eks pengikut Gafatar yang disekolahkan. Mereka cukup diajari dan diberi pendidikan di rumah.
Mustofa, 54, warga asal Lebak Jaya, Surabaya, juga melakukan hal serupa. Menurut dia, anak-anaknya cukup diajari di rumah. "Tidak perlu ke sekolah. Toh, hasilnya tak kalah jauh, bahkan kami jamin anak-anak kami lebih pintar dari mereka yang sekolah," kata dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(UWA)