"Yang sesat itu yang mananya. Sampai saat ini tidak ada yang sesat. Semisal saya beragama Islam, saya tetap berpedoman pada rukun iman dan Islam. Tetap salat dan puasa seperti saat saya di kampung dulu," kata Fatkhul Khoir Ham, 36, salah satu eks pengikut Gafatar asal Desa Dalegan, Kecamatan Panceng, Gresik, Jawa Timur, di asrama Transito, Surabaya, Sabtu (23/1/2016).
Fatkhul mengatakan, Gafatar adalah organisasi masyarakat yang bisa menciptakan keamanan dan berbuat baik untuk kemanusiaan dan lingkungan. Dia mencontohkan, saat hidup di Kalimantan, ia berbaur dengan agama lain.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Di sana kata dia, Gafatar mengajarkannya untuk hidup toleran baik perkataan maupun perilaku. "Misalnya, kalau dengan orang lain agama lain, kan enggak mungkin saya ngomong Asslamualaikum. Ya, saya mengucapnya Damai Sejahtera. Tapi, secara substansi arti dalam kalimat itu sama dan tidak sesat," terangnya.
"Ini kan soal bahasa saja. Bahasa Arab dan Bahasa Indonesia. Artinya sama. Sesatnya ada di mana," tambah dia.
Gafatar tambah dia mengajarkan anggotanya mencintai lingkungan dan tidak berbuat jahat. Perbuatan baik ini kata dia bukan hanya hukum agama tapi juga hukum positif di negara.
"Misalnya saja, bagi anggota Gafatar yang tidak memiliki SIM (surat izin mengemudi) tidak diperbolehkan mengendarai motor di jalan raya. Itu kan baik ajarannya," pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(REN)