Namun, nyatanya banyak dari mereka yang justru sudah hidup mapan di kampung halaman. Ada yang bekerja sebagai petani dan wiraswasta. Namun, sejak pindah ke Kalimantan, mereka justru hanya bertani jagung dan singkong.
Fakta itu disampaikan Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Kabupaten Malang Choirul Fatoni. Dia menyebut warga yang tergabung dalam Gafatar secara ekonomi mapan. Sebelum gabung Gafatar dan memilih pindah ke Kalbar, mereka sudah mapan dan berkecukupan.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
"Bukan alasan ekonomi mereka gabung Gafatar. Padahal, di sana cuma bekerja sebagai tani. Itupun tanahnya tidak terlalu subur," kata dia, di Pendopo Kabupaten Malang, Senin (25/1/2016).
Menurutnya, pendekatan yang dilakukan pengikut Gafatar terbilang bagus, yakni melalui masing-masing personal dan pendekatan kepada keluarganya. Dari 14 warga dari dua kecamatan yakni, Kecamatan Pagelaran dan Kromengan sudah ada yang menetap di Mempawah selama dua-tiga tahun.
Saat ini mantan anggota Gafatar itu tengah dalam perjalanan pulang ke Kabupaten Malang. Choirul mengatakan, warga sekitar dapat menerima apabila eks Gafatar bersedia menandatangani surat pernyataan sudah lepas dari Gafatar.
"Warga siap hidup berdekatan dengan syarat tersebut. Hal ini disepakati sebagai antisipasi penyebaran Gafatar di masyarakat. Kami juga meminta RT, RW, kepala desa dan camat supaya aktif melakukan pembinaan," papar dia.
Di Kabupaten Malang, terdapat 14 warga eks Gafatar. Mereka masih dikarantina di Asrama Transito Dinas Transmigrasi dan Kependudukan, Jatim di Jalan Margorejo, Surabaya. Pemkab Malang terus mempersiapkan kepulangan mereka serta berkoordinasi dengan tokoh masyarakat serta perangkat pemerintah kecamatan dan desa.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(SAN)