"Jadi memang susah, karena daging oplosan ini banyak di pasar-pasar kecil," kata Risma di Surabaya, Sabtu (18/6/2016).
Untuk menghentikan peredaran daging oplosan tersebut, Risma mengaku telah bekerjasama dengan pihak kepolisian untuk terus menyisir daging-daging di pasaran di Surabaya. Menurut Risma, pihaknya juga telah meminta bawahannya, yakni Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disperdagin) kota Surabaya untuk intens menyisir daging-daging di pasar.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Di lain tempat, Kasi Perdagangan Dalam Negeri Disperdagin Kota Surabaya, Muhammad Soelthoni, tak menampik maraknya daging sapi oplosan di pasaran di Surabaya. Menurut dia, maraknya daging oplosan di Surabaya menyusul tingginya kebutuhan masyarakat terhadap daging sapi jelang Lebaran Idul Fitri 1437 Hijriah.
"Kami kesulitan mengawasi peredaran daging oplosan, karena banyaknya celah pintu masuk ke Surabaya, di antaranya mulai jalur Kalianak dan Wiyung," katanya.
Untuk mencegahnya, dia mengaku mengedukasi masyarakat untuk mengenali perbedaan daging celeng dan sapi. Risma mencontohkan warna daging celeng lebih pucat ketimbang daging sapi murni.
Untuk itu, ia berharap masyarakat lebih berhati-hati terhadap daging yang dijual di pasar-pasar kecil. Bila menemukan daging oplosan, ia meminta masyarakat langsung melaporkan kepada pihak terkait.
"Karena keterbatasan tenaga, kami minta masyarakat ikut bersinergis. Jangan segan untuk melapor bila menemukan daging oplosan tersebut," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(RRN)
