Anggota tim Ampelgading Lab terdiri dari tiga mahasiswa Fakultas Ilmu Komputer Universitas Brawijaya (FILKOM UB) yaitu Dienastya Galih P (Informatika/2012, Tezza Rangga (Teknik Komputer/2013) dan Imam Ghozali (Informatika/2013).
Ketua Kelompok Ampelgading Lab Dienastya Galih P menyatakan alat ini bisa menjadi solusi bagi pengguna kendaraan. Menurut Galih, tingkat kecelakaan di Indonesia cukup tinggi. Banyaknya pengguna kendaraan pribadi menyebabkan jalan raya di kota-kota besar semakin padat.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
"Angka kecelakaan terus meningkat. Saat terjadi kecelakaan korban mengalami cedera dan tidak memungkinkan memberikan informasi pada keluarga. Melalui perangkat ini nantinya bisa memberi informasi bagi keluarga maupun kerabat," kata dia, melalui siaran pers yang diterima Metrotvnews.com, Rabu (6/4/2016).
Mahasiswa Jurusan Informatika ini mengakui perangkat SimMonik terdiri atas hardware dan software. Dirancang dengan fungsi menyerupai blackbox pesawat, hardware yang dipasangkan pada sepeda motor akan berguna sebagai pendeteksi posisi lokasi, pendeteksi terjadinya kecelakaan dan menyimpan rekaman gerak kendaraan. Kemudian mengirimkan notifikasi pada keluarga secara otomatis, jika kendaraan mengalami kecelakaan.
Hardware pada SimMonik, lanjut dia, terdiri atas Adafruit Ultimate GPS untuk mengetahui posisi keberadaan kendaraan dan korban, ITG MPU untuk mengetahui kemiringan kendaraan dan Raspberry PI 2 sebagai alat komputasi. Selanjutnya, data pergerakan kendaraan akan dikirim ke server secara real time dengan memanfaatkan jaringan internet sim card GSM yang dipasangkan pada hardware.
"Sekalipun hardware SimMonik rusak akibat kecelakaan, datanya tidak akan hilang dan masih dapat diakses via internet," ungkapnya.
Bahkan, tim Ampelgading Lab telah merancang agar data di SimMonik dapat ditayangkan dalam bentuk simulasi 3D, sehingga kronologis kecelakaan dapat diketahui secara.
Tidak hanya itu, untuk menerima notifikasi dari hardware terjadinya kecelakaan, pemilik kendaraan harus memiliki aplikasi mobile khusus yang dirancang oleh timnya. Namun, saat ini aplikasi mobile tersebut belum diluncurkan di Play Store.
"Masih dalam proses pengembangan lebih lanjut," jelas mahasiswa angkatan 2012 itu.
Dikatakan, saat ini timnya menunggu pengumuman final dalam ajang yang menempatkan timnya sebagai juara 1 kategori embedded system (Internet of Things) pada kompetisi E-TIME 2016. Mereka juga berhak atas sejumlah dana pengembangan SimMonik dan penelitian tim Ampelgading Lab lainnya.
Ditambahkan, dalam kompetisi yang diikuti timnya, dewan juri memberi masukan agar hardware SimMonik lebih diperkecil dan kemasan hardware juga belum punya ketahanan yang cukup.
"Ukurannya masih 17x10x5cm. Targetnya dibuat seukuran hape monokrom dan packagingnya lebih baik lagi," tambah dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(RRN)
