Vice Corporate Communication Hesti Armi Wulan menilai, tim kajian tidak sepatutnya menyampaikan pernyataan seperti itu. Menurut dia, penelitian tim Kajian ITS itu belum tuntas.
"Di satu sisi, ketua tim kajian menyatakan kajiannya belum selesai. Saat ini masih dalam proses, tetapi di sisi lain kok muncul rekomendasi (larangan pengeboran)? Yang namanya rekomendasi muncul ketika kajiannya selesai. Ini kami sama sekali belum tahu datanya kok tiba-tiba malah ada rekomendasi seperti itu," kata Hesti Armi Wulan di Surabaya, Jawa Timur, Minggu (29/5/2016).
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Hesti juga meragukan rekomendasi tim kajian itu. "Jika menyatakan berisiko kan harus ada datanya. Lalu dia (tim kajian ITS) pakai data apa? Ada datanya enggak?," tanya dia.
Rekomendasi tim kajian ini diperkirakan akan turun pada awal Juni 2016. Namun Ketua tim kajian pengeboran Lapindo Brantas Inc Amin Widodo mengeluarkan hasil sementara kajian yang menyatakan pengeboron itu berisiko tinggi.
Menurut Hesti, seharusnya peneliti obyektif dan tidak membocorkan hasil kajian sementara. Ia khawatir hal itu akan menimbulkan suasana tak kondusif dan opini negatif.
"Seharusnya tim peneliti itu mengacu pada hasil penelitiannya, bukan malah memberikan pendapat perorangan. Kalau peneliti seperti itu berarti punya kepentingan," kata dia.
Terpisah, Ketua Tim kajian pengeboran Tim Kajian Pengeboran dari Institut Teknologi 10 November Amin Widodo mengatakan, kawasan pengeboran itu masih berisiko tinggi. Sayangnya, Amin tak menyampaikan alasan atas pernyataan itu.
Menurut dia, apa yang dilakukan penelitian terhadap rencana pengeboran Lapindo, berdasarkan hasil evaluasi kajian dan penelitian sementara, ada beberapa faktor mengenai hal tersebut. Pertama, kontur tanah di Sidoarjo dinamis. Pergerakan tanahnya menurun. Sejak 2010 hingga 2016, penurunan tanah mencapai 30 centimeter. Artinya kondisi di kawasan pengeboran masih dinamis terimbas luapan lumpur panas di Sidoarjo.
"Setelah sekian lama tidak diukur, terakhir tahun 2010 lalu, dan 2016 diukur masih mengalami penurunan," kata Amin.
Risiko kedua yakni penolakan warga sekitar lokasi pengeboran. Warga masih trauma dengan efek semburan lumpur panas akibat pengeboran di Porong, Sidoarjo, sejak 10 tahun lalu.
"Meski berisiko nantinya masih bisa ditanggulangi dengan beberapa catatan. Nanti catatan ini akan dilampirkan dalam rekomendasi yang diberikan ke gubernur," kata Amin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(TTD)