Yuni, 24, mengaku tidak tahu soal pengumuman tersebut. Namun setelah Metrotvnews.com menunjukkan pengumuman itu, Yuni terkejut merek produk yang ia gunakan masuk dalam daftar pembalut mengandung klorin versi Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI). Tapi warga Desa Wonokerto, Kecamatan Wonosalam, itu tak terlalu mempersoalkannya.
"Selama ini tidak terjadi apa-apa ya nyantai aja. Nanti kalau iritasi mungkin enggak cocok pembalutnya. Tinggal ganti," kata Yuni kepada Metrotvnews.com, Rabu (8/7/2015).
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Dulu, katanya, ia merasa gatal-gatal di daerah kewanitaan setelah menggunakan sebuah merek. Tapi, keluhan itu tak mengganggu lagi setelah dirinya beralih ke merek lain.
"Mungkin gatal itu karena enggak cocok saja," ujarnya.
Siti Maryati, pedagang kelontong di Kecamatan Wonosalam, pun mengaku tak tahu menahu soal pengumuman itu. Siti juga menjual pembalut perempuan di tokonya. Siti berharap pemerintah mengambil tindakan terhadap peredaran produk kewanitaan itu agar tak membahayakan kesehatan.
YLKI mengumumkan sembilan merek pembalut perempuan dan tujuh merek pantyliner yang mengandung klorin. Klorin merupakan zat yang digunakan sebagai pemutih yang dapat memicu iritasi dan kanker. Mirisnya, produk tersebut dijual bebas di masyarakat.
(RRN)