"Sebagai sesama aktivis, kita harus bersatu untuk mendesak agar kasus ini segera diusut tuntas," teriak koordinator aksi SANTIKA, Saputro.
Sebelum mendatangi Grahadi, ratusan aktivis lebih dulu menggelar aksi serupa di Mapolda Jatim. Mereka mendesak agar aparat kepolisian mengusut tuntas kasus ini. Saputro menuturkan, para aktivis, khususnya aktivis lingkungan, selama ini sudah kerap mendapat ancaman pembunuhan setiap kali mengingatkan para perusak lingkungan.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
"Aktivis lingkungan sudah biasa diteror. Sekarang sudah ada kejadian aktivis lingkungan benar-benar dibunuh di Lumajang. Kami tidak ingin kejadian seperti ini menimpa pada aktivis-aktivis lainnya," ucapnya.
Menurut Saputro, pertambangan liar di Indonesia hampir semuanya telah dikuasai oleh cukong-cukong dan mafia. "Mafia-mafia ini mengeruk kekayaan alam kita, sementara pemerintah kita cendrung mendiamkannya," katanya.
Dalam kasus pembunuhan Salim Kancil, lanjut Saputra, ada aktor intelektual di belakangnya, yaitu para mafia-mafia yang menguasai pertambangan liar ini. Kepala Desa Selok Awar-awar, Hariyono, yang oleh Polda Jatim telah ditetapkan sebagai salah satu tersangka dalam kasus pembunuhan Salim Kancil, Saputro menambahkan, bukanlah pelaku intelektual.
"Kami menuntut aparat kepolisian menangkap aktor intelektual di balik kasus ini. Ada yang mendalangi, Kepala Desa Selok Awar-awar hanyalah bagian kecil dari pelakunya," tegasnya.
Kepada pemerintah, Saputro mendesak agar bertindak tegas terhadap mafia-mafia yang menguasai pertambangan liar di tanah air. Peserta aksi berharap bertemu Gubernur Jatim, Soekarwo, untuk dapat menyuarakan secara langsung aspirasinya. Sayang, Gubernur Soekarwo mendadak ada tugas ke Jakarta.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(RRN)