Ketua Komisi D DPRD Surabaya Agustin Poliana mengakui tak gampang memelihara dan merawat bangunan cagar budaya. Buktinya, beberapa bangunan bersejarah di Jalan Tunjungan mulai tak terawat.
"Itu untuk mempermudah proses pemeliharaan," kata perempuan yang akrab disapa Titin itu di DPRD Surabaya, Selasa (7/6/2016).
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Reni Astuti, anggota Komisi D DPRD Surabaya, pun menuntut pemerintah kota serius menjaga peninggalan bersejarah. Bila perlu, pemerintah menunjukkan peraturan wali kota yang menyebutkan beberapa gedung berstatus sebagai cagar budaya.
(Jembatan Kenjeran dan air mancur menari jadi ikon wisata baru di Surabaya, Ant - Didik Suhartono)
Reni menyebutkan ironi yang terjadi di Surabaya. Di 2016, perhatian warga tertuju pada kemegahan air mancur menari dan jembatan di kawasan Kenjeran. Kemewahan itu menelan anggaran Rp199 miliar.
Di lain sisi, sebagian warga terkejut dengan perobohan sebuah bangunan rumah di Jalan Mawar. Padahal, bangunan itu merupakan saksi bisu perjuangan Bung Tomo dan pejuang lain untuk mempertahankan kemerdekaan RI.
"Seharusnya pemkot lebih serius dalam penanganan cagar budaya, Sehingga Surabaya tak hanya dikenal sebagai sebagai kota pahlawan, tapi kota industri dan perdagangan. Ini tantangan. Karena kalau kita bicara cagar budaya selalu bermasalah," tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(RRN)
