Dalam UN 2016 tingkat SMP/MTs, Surabaya mendapat nilai rata-rata 58,77. Nilai itu menempatkan Surabaya di posisi ke-26 dari 38 kabupaten/kota di Jatim. Bahkan nilai rata-rata Bangkalan dan Sumenep lebih tinggi ketimbang Surabaya yaitu 76,41 dan 75,67.
Wali Kota yang akrab disapa Risma itu mengatakan hal tersebut sebagai sesuatu yang wajar. Apalagi, katanya, Surabaya baru pertama kali menggelar ujian nasional berbasis komputer (UNBK).
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
"Saya yakin kalau daerah lain memakai UNBK seperti Surabaya, malah makin jeblok," kata Risma di Surabaya, Senin (13/6/2016).
Meski demikian, Risma mengklaim nilai yang rendah tak akan mengganggu penerimaan siswa baru. Sebab, perilaku anak juga menjadi penilaian di tahun ajaran baru.
"Saya kira menakutkan sekali kalau cuma di nilai dari hasil UN saja. Saya kira bagus kalau perilaku anak juga dinilai," katanya.
Di lain tempat, Ketua Dewan Pendidikan Kota Surabaya, Martadi, mengaku tak kaget dengan nilai rata-rata Surabaya rendah di UN tingkat SMP/MTs. Toh, hal itu terjadi di tahun-tahun sebelumnya.
"Seingat saya, tahun ajaran lalu peringkatnya juga di sekitar peringkat ke-26 se-Jatim," kata Martadi.
Yang penting, ujarnya, pemerintah kota dapat memantau kompetensi guru di sekolah. Bila banyak siswa tak menguasai mata pelajaran tertentu, artinya guru yang mengajar harus menjalani perbaikan kualitas.
Para pendidik juga harusnya menyiapkan siswa di jauh-jauh hari, bukan saat hendak menghadapi UN. Misalnya, kata Martadi, melatih siswa dengan soal-soal try out.
"Materi soal yang di-UN-kan itu tidak hanya materi pelajaran kelas tiga. Tapi semua materi pelajaran yang didapat sejak kelas satu. Harus dikawal minimal sejak kelas dua. Ada prioritas mata pelajaran yang akan di-UN-kan," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(RRN)