Dua petugas Lapan menyiapkan teleskop untuk pengamatan gerhana matahari total (Foto: Ant/Wahyu Putro)
Dua petugas Lapan menyiapkan teleskop untuk pengamatan gerhana matahari total (Foto: Ant/Wahyu Putro) (Antara)

Lapan Pasuruan Siapkan 7 Teleskop Amati Gerhana Matahari Total

gerhana matahari total
Antara • 08 Maret 2016 14:56
medcom.id, Surabaya: Balai Pengamatan Dirgantara Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) di Watukosek, Kecamatan Gempol, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, menyiapkan tujuh teleskop untuk mengamati Gerhana Matahari Total (GMT), pada Rabu 9 Maret.
 
Kepala Lapan Jawa Timur Dian Yudha Risdianto mengatakan, GMT diperkirakan berlangsung pada pukul 06.21 WIB hingga 8.39 WIB. Gerhana matahari yang dilihat dari Jawa Timur hanya nampak sekitar 83,08 persen atau seperti bulan sabit.
 
"Untuk mendukung pengamatan peristiwa langka tersebut, Lapan telah menyiapkan 7 teropong bintang atau teleskop permanen. Ketujuh teleskop tersebut terdiri dari dua teleskop flare dan lima teleskop portabel yang ditempatkan di atas gedung Lapan, Watukosek, Kecamatan Gempol," kata Dian Yudha Risdianto saat dihubungi Antara, di Surabaya, Jawa Timur, Selasa (8/3/2016).

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Dian mengatakan, gerhana matahari itu diperkirakan berlangsung selama 2 jam 17 menit. Puncak GMT akan terjadi sekitar pukul 07.35 WIB. Pada momentum langka tersebut, Lapan bersama para peneliti dan perwakilan masyarakat akan menggelar nonton bareng menggunakan layar lebar. Sehingga masyarakat dapat mengetahui proses peristiwa fenomena alam tersebut dengan jelas.
 
"Kami menyediakan layar lebar di Kantor Lapan agar masyarakat bisa menyaksikan GMT secara bersama. Lapan juga akan membagikan sebanyak 250 kacamata khusus filter matahari untuk bisa menyaksikan GMT yang hanya terlihat 83,08 persen di Jawa Timur," kata dia.
 
Dikatakan, sejak beberapa waktu lalu, Lapan juga telah menyosialisasikan akan adanya peristiwa langka tersebut kepada masyarakat. Selain mengundang untuk berkunjung ke kantor, Lapan juga mendatangi sekolah-sekolah untuk bisa melihat langsung matahari dengan menggunakan teropong bintang.
 
"Sosialisasi dilakukan dengan pertemuan atau mengundang ke Kantor Balai Lapan, maupun kunjungan ke daerah dengan mendatangi sekolah-sekolah. Kami mengajak masyarakat agar bisa menyaksikan fenomena alam yang langka ini secara benar dan sehat," ujar dia.
 
Dengan sosialisasi tersebut, diharapkan masyarakat tidak melihat GMT secara langsung dengan mata telanjang karena dapat merusak mata. Diperlukan kaca mata khusus yang berfungsi untuk mengurangi pancaran dari sinar matahari yang sangat kuat untuk melihat GMT.
 
"Masyarakat jangan sekali-sekali melihat GMT dengan mata telanjang. Karena sinar matahari tersebut dapat mengakibatkan kerusakan pada mata," pungkasnya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


(TTD)
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif