Pengawalan itu diberikan atas rekomendasi dari Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK). Bodyguard berasal dari kepolisian setelah LPSK melaksanakan nota kesepakatan dengan kepolisian. Setiap hari para bodyguard ini patroli di Desa Selok Awar-awar, Kecamatan Pasirian, Kabupaten Lumajang.
"Istri Salim (Tijah) awalnya (dikawal) empat orang, tapi beliau minta dua orang. Pak Tosan juga begitu, awalnya empat orang, tapi akhirnya minta dua orang saja," kata Wakil Ketua LPSK Lili Pintauli Siregar, di Surabaya, Kamis (25/2/2016).
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Dijelaskan Lili, pengawalan terhadap saksi dan korban ini awalnya dilakukan menempel. Namun, setelah ada kordinasi dengan LPSK, pengawalan dilakukan jarak jauh. "Pengawalan ini berdasarkan kesepakatan kami dan korban. Tapi, kami tetap memantaunya," ujar dia.
Lili menambahkan, selain mengawal keluarga Salim Kancil dan Tosan, bodyguard juga berpatroli setiap hari. Mereka bekerja bergantian. "Awalnya memang korban merasa risih. Namun, bagaimana lagi ini demi keamanan," ujar dia.
Sementara itu, tim advokasi dari Laskar Hijau Ahmad Zakki Ghugron mengatakan pengawalan itu sangat penting bagi korban. Sebab, dalam kasus ini antara tersangka dan korban masih satu desa dan sebagian ada hubungan kerabat.
"Ada hubungan paman dan hubungan keluarga lainnya. Belakang dan depan rumah korban ada rumah tersangka juga," kata dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(UWA)
