"Untuk beberapa produk lokal di Madura, kalangan UMKM kami nilai sudah memiliki keunggulan dan ciri khas yang bisa ditonjolkan. Khususnya, untuk produk-produk kerajinan," terang Jakfar Sadik, Peneliti bidang Ekonomi Pembangunan di Universitas Trunojoyo Madura (UTM), Senin (21/12/2015).
Menurut Jakfar potensi produk UMKM di Madura selama ini mampu bersaing di pasar regional. Khususnya produk lokal yang memiliki ciri khas budaya setempat, seperti batik.
Sayangnya Jakfar menilai, pengusaha di Madura belum mampu melakukan branding yang tepat, sehingga seringkali proses branding justru dilakukan pengusaha di luar Madura, tempat produk tersebut dipasarkan.
"Seperti handycraft asal Madura yang dipasarkan di Bali, karena pengrajin Madura tak mampu membranding, akhirnya proses branding dilakukan oleh penjual di daerah lain, sehingga terlihat produk asal Bali, padahal itu asli hasil kerajinan pengrajin Madura," imbuh Jakfar.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Sementara, menurut Rektor Universitas Trunojoyo Madura Prof. Mohammad Syarif, UMKM di Madura sangat siap menyambut MEA. Namun demikian pihaknya meminta agar birokrasi pemerintahan dan perbankan turut bisa memberi kemudahan bagi para pelaku UMKM, khususnya akses kredit modal dan perijinan untuk lebih mempercepat pengembangan industri rumahan tersebut pascaberlakunya MEA.
"Khususnya masalah akses modal dan perijinan, sedapat mungkin itu dipermudah saja,” ujar Syarif.
Dia juga meminta agar pemerintah dapat menstimulasi dan membenahi sistem pemasaran UMKM, agar akses pelaku usaha terhadap pasar yang dituju lebih baik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(MEL)