Anggota eks Gafatar ketika mendapat materi wawasan kebangsaan dari Dandim 0818 Kabupaten Malang-Batu, Letkol Inf Riksani Gumay, di tempat penampungan Desa Banjarejo.(MTVN/Miski)
Anggota eks Gafatar ketika mendapat materi wawasan kebangsaan dari Dandim 0818 Kabupaten Malang-Batu, Letkol Inf Riksani Gumay, di tempat penampungan Desa Banjarejo.(MTVN/Miski) (Miski)

Eks Anggota Gafatar Berharap Diterima Masyarakat

gafatar
Miski • 26 Januari 2016 12:40
medcom.id, Malang: Mantan anggota Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) meminta warga untuk tidak takut dan khawatir dengan kehadirannya di lingkungan masyarakat. Sebab, tuduhan sebagai pengikut aliran tertentu tidaklah benar.
 
Salah seorang eks anggota Gafatar, Edi Subagio, 18, mengaku, ia bersama warga lain yang dipulangkan dari Mempawah, Kalimantan Barat, berharap bisa diterima dan hidup rukun bersama warga sekitar.
 
"Tanpa kami diminta mengisi surat pernyataan lepas dari Gafatar, kami berjanji tidak akan membuat resah kehidupan warga," katanya, ketika berbincang dengan Metrotvnews.com, Selasa (26/1/2016).

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Edi bercerita, selama di Kalimantam Barat kehidupannya hanya bertani bersama orang tua dan ketiga saudaranya. Ia menepis dugaan yang menyebut dirinya menganut aliran tertentu. Sebab menurutnynya, Gafatar sudah bubar dan masyarakat yang berada di pemukiman di Mempawah, Kalbar, hidup layaknya warga Indonesia. Nihil kegiatan Gafatar. 
 
Dia berharap, agar keluarganya bisa diterima masyarakat. Selain itu, dia juga meminta, agar pemerintah mau memberikan kesempatan bekerja atau lahan pertanian untuk menyambung hidup. Pasalnya, seluruh aset keluarganya telah terjual saat akan hijrah ke Kalbar. Sementara Edi hanya berharap, bisa melanjutkan pendidikan menengah atas. 
 
"Sejak hijrah ke Kalimantan Barat, rumah dan aset dijual, kini kami harus numpang di rumah saudara," ungkapnya.
 
Warga lain, Suhartono, menyebut, Gafatar sudah lama bubar. Ia memilih pindah ke Kalbar dengan harapan bisa bernasib lebih baik dibanding di kampung halamannya.
 
"Kami di sana bertani dan hidup senang, bukan bertujuan ikut aliran tertentu. Sedih rasanya, tapi sudah kadung terjadi," akunya.
 
Suhartono belum punya pandangan akan bekerja apa ke depannya untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya."Saya berangkat ke Kalimantan Agustus 2015 bersama keluarga, kami harap bisa membaur dan diterima dengan baik," tutupnya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


(LDS)
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif