Ancaman dilayangkan dalam bentuk pesan pendek yang berisi: "Anda itu jangan jadi sok alim wan kalau anda dji lain hari tentang memberitakan pasir anda aku bondet rumah atau anda wan waktu jalan ke mana pun aku skrang dekat dari rumah mu jok kenapa mas agus yuda jugak di britakan apa lagi sampek di panggil kpk anda aku akan ku bondet rumah mu wan was salam team sak masek mutiara halem aku sahril klakah cobak aku lapor kan ke polres sebelum melangkah anda udah tewas bagi wartawan yang memberitakan tentang kasus lumajang jangan enak2 entar lg pasti ada yang kenak mercon bantingan. Was salam".
Tiga wartawan yang mendapatkan teror pesan pendek itu antara lain Ahmad Arif Ulinnuha (JTV), Abdul Rahman (Kompas TV) dan Wawan Sugiarto (TV One). Ketiga wartawan ini mendapatkan pesan pendek dari nomor tidak dikenal pada Kamis, 5 November. "Sudah kami laporkan ke polisi. Sekarang kasusnya ditangani Polda Jatim," kata Wawan Sugiarto, Sabtu (7/11/2015).
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Wawan menjelaskan, isi pesan pendek tersebut intinya melarang para wartawan memberitakan kasus tambang pasir ilegal di Desa Selok Awar-Awar yang telah menewaskan Salim Kancil dan membuat Tosan luka parah. "Intinya, SMS tersebut berisi nada ancaman kalau kami masih memberitakan soal tambang," ujarnya.
Terkait siapa kira-kira pengirim pesan pendek tersebut, Wawan mengaku tidak mengetahui. Sebab, nomor tersebut tidak tersimpan di kontaknya dan saat mencoba membalas pesan itu pengirim enggan menunjukkan identitasnya.
"Semua wartawan di Lumajang pasti memberitakan kasus ini. Kasus ini cukup menarik perhatian publik sehingga kami intens memberitakannya. Saat ini kami sedang menjalani pemeriksaan di Polda Jatim. Kami berupaya meminta perlindungan dari aparat," kata dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(UWA)