Warga Desa Gending, Probolinggo, Jawa Timur itu mengaku sudah tidak memiliki rumah dan harta di kampung halaman. Selama ini, Herry hidup dari hasil bertani di Kalimantan.
"Rumah dan harta sudah saya jual. Saya juga sudah punya lahan untuk bertahan hidup di Kalimantan. Makanya saya ingin tetap di Kalimantan saja," beber Herry ditemui di tempat penampungan sementara, Transito Disnakertransduk Jatim, Jalan Margorejo, Surabaya, Sabtu (23/1/2016).
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Herry mengaku mampu membeli tanah di Kalimatan hasil dari iuran bersama eks anggota Gafatar. Uang urunan kata dia dikoordinir oleh seorang koordinator.
"Untuk soal berapa yang dikeluarkan masing-masing orang, dari mana, untuk apa, itu 'dapur negara' alias rahasia," kata Herry.
Saat ini, dia dan eks anggota Gafatar sudah memiliki kelompok tani untuk mengelola lahan sebanyak 40 hektar. Jika dipulangkan ke kampung halaman kata dia, jelas akan memperburuk perekonomiannya.
"Kita ini kan (eks anggota Gafatar-red) istilahnya transmigrasi ke Kalimantan. Kami dipulangkan banyak pertimbangan, misalnya sisi sosial dengan masyarakat, soal ekonomi. Ini konsekuensinya. Lalu bagaimana ke depannya?," tanya Herry.
Herry mengaku, usai keluar dari keanggotaan Gafatar, ia dan eks anggota lain tidak lagi memiliki keterkaitan dengan organisasi masyarakat bentukan Musadek itu. Dia masih berada di Kalimantan murni untuk bekerja.
"Kalau terkait ajaran itu sudah berlalu ya, kita lupakan saja. Yang jelas kita di sana intinya cuma satu, yakni mandiri, usaha sendiri, tapi masyarakat malah berpresepsi berbeda," pungkas pria yang sudah tinggal tiga bulan di Kalimantan itu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(REN)