Fatkhul Koir Ham, 36, salah satu warga eks pengikut Gafatar, mengatakan saat ini tidak memiliki apa-apa lagi. Tanah dan lahan yang ada di desa asalnya di Desa Dalegan, Kecamatan Panceng, Kabupaten Gresik, telah dijual. Praktis mereka tak memiliki apapun saat kembali ke Surabaya.
"Mau tahu uang saya, Mas? Ini cuma ada Rp17 ribu," kata Fatkhul sambil menunjukkan isi dompetnya kepada Metrotvnews.com, di asrama Transito, Disnakertransduk, Surabaya, Sabtu (23/1/2016).
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Fatkhul mengatakan, saat hendak berangkat ke Kalimantan, rumah dan tanahnya di desa telah dijual. Itu pun aset yang dijual milik orang tua. Hasil jual aset itu kemudian dibagi dengan saudara-saudaranya. Lalu dibuat untuk bekal ke Kalimantan.
Menurut Fatkhul, dirinya di Kalimantan telah membeli tanah dengan warga lainnya. Tanah seluas 43 hektare dibeli dengan uang hasil iuran bersama warga lain. Selanjutnya, lahan tersebut digarap bersama dan hasilnya juga dinikmati bersama.
"Saya lupa berapa anggotanya satu kelompok. Tapi, yang pasti tanah itu resmi kami beli dan ada sertifikatnya. Kami meminta pemerintah mengganti lahan kami yang ada di sana," kata bapak satu anak ini.
Hingga saat ini, total ada 389 warga eks pengikut Gafatar yang ditampung di Asrama Transito. Mereka tiba di Surabaya Sabtu, 23 Januari dini hari, dengan menggunakan pesawat milik Lion Air. Setelah landing di Bandara Internasional Juanda, mereka kemudian ditampung di Asrama Transito dan akan dipulangkan setelah pendataan dan bimbingan yang dilakukan pemerintah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(UWA)