"Hujan abu vulkanik turun cukup deras pada Senin (13/7) malam di kawasan bandara dan hari ini juga masih turun, namun sangat tipis," kata Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Bandara Notohadinegoro, Edi Purnomo, di Jember, Selasa (14/7/2015).
Edi mengatakan ia menyampaikan informasi itu ke Ditjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan. Bandara pun mendapatkan informasi dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) untuk mendukung informasi tersebut.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
"Kami menerima 'Notice to Airmen' (Notam) untuk penutupan bandara pada Selasa hingga pukul 16.00 WIB, sehingga tidak ada aktivitas penerbangan di Bandara Notohadinegoro Jember hari ini," tuturnya.
Ia menjelaskan Notam penutupan bandara Jember itu bisa diperpanjang atau diperpendek berdasarkan kondisi di lapangan dan laporan sejumlah pihak yang berkompeten untuk mengizinkan rute penerbangan yang aman.
"Bandara bisa dibuka sewaktu-waktu dengan melihat kondisi di lapangan dan informasi dari BMKG, serta AirNav. Kami selalu koordinasi dengan sejumlah pihak yang berkompeten dalam teknis penerbangan, sehingga pihak bandara selalu mematuhi Notam yang dikeluarkan Kemenhub," paparnya.
Bandara Notohadinegoro Jember ditutup sejak Senin (13/7/2015. Namun, bandara bebas dari abu vulkanik Gunung Raung. Tapi rute penerbangan pesawat terpapar abu vulkanik dan mempersulit jarak pandang pilot.
"Kami tidak tahu penutupan bandara sampai kapan, namun pihak bandara selalu melaporkan perkembangan di lapangan kepada pihak Ditjen Perhubungan Udara Kemenhub," katanya.
Bandara Jember sempat ditutup selama dua jam pada Jumat (10/7), namun siangnya pukul 12.00 WIB sudah dibuka. Maskapai Garuda Indonesia kemudian menerbangkan penumpang dari Bandara Notohadinegoro ke Bandara Juanda Surabaya.
Kemudian pada Sabtu (11/7) hingga Minggu (12/7), Bandara Notohadinegoro Jember kembali beroperasi normal. Tak ada Notam dari Ditjen Perhubungan Udara Kemenhub.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(RRN)
