Perawat berjalan usai melakukan pemeriksaan terhadap pasien yang diduga terkena virus Difteri di RSPI Sulianti Saroso, Jakarta, Jumat (8/12). ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja
Perawat berjalan usai melakukan pemeriksaan terhadap pasien yang diduga terkena virus Difteri di RSPI Sulianti Saroso, Jakarta, Jumat (8/12). ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja (Antara)

Seorang Warga Sumbar Meninggal karena Difteri

klb difteri
Antara • 08 Desember 2017 19:12
Padang: Dinas Kesehatan Sumatera Barat (Sumbar) mencatat dua warga di wilayahnya positif terinfeksi bakteri Corynebacterium Diptheriae penyebab difteri pada periode Januari hingga November 2017. Satu di antaranya meninggal.
 
"Korban yang meninggal warga Pasaman Barat. Sementara seorang lagi yang positif difteri dari Solok Selatan, sekarang sudah sehat setelah mendapatkan perawatan," kata dia dihubungi dari Padang, Jumat
 
Berdasarkan laporan dari dinas kesehatan kabupaten dan kota, menurut dia, terindikasi ada 23 kasus yang terjadi di Sumbar pada 2017. Indikasi itu tersebar pada 10 kabupaten dan kota seperti Kota Padang, Pesisir Selatan, Padang Pariaman. Lalu, Kota Pariaman, Tanah Datar, Pasaman Barat, Bukittinggi, Lima Puluh Kota, Solok Selatan, dan Kabupaten Agam.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Namun setelah diperiksa di laboratorium, dari 23 korban yang terindikasi hanya dua kasus positif yaitu di Kabupaten Solok Selatan dan Pasaman Barat.
 
Merry menyebutkan korban yang meninggal di Pasaman Barat pada September 2017 berdasarkan informasi, tidak pernah melakukan imunisasi, ditambah lagi korban mengidap gangguan pertumbuhan.
 
Sementara itu, berdasarkan hasil penyelidikan epidemiologi terhadap 23 orang yang terindikasi, kembali ditemukan fakta bahwa mereka tidak lengkap melaksanakan imunisasi.
 
Menurutnya, untuk mencegah jangan terjadi lagi kasus difteri, dinas kesehatan telah melakukan berbagai upaya, yaitu program imunisasi yang terdiri dari peningkatan cakupan imunisasi baik dasar maupun lanjutan.
 
Selanjutnya, melakukan pemetaan daerah yang sudah dua-tiga tahun berturut-turut tidak Universal Child Immunization (UCI) atau tidak semua anak diimunisasi. Setelah itu melakukan "Back Lock Fighting (BLF)" atau "crash" program.
 
Selain itu juga dilakukan sosialisasi untuk mengajak masyarakat agar memberikan imunisasi kepada anaknya karena difteri merupakan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.
 
"Difteri ini tidak bisa diobati dengan obat herbal karena difteri merupakan kuman, sehingga pengobatan yang dibutuhkan ialah antibiotik," katanya.
 
Difteri adalah infeksi bakteri Corynebacterium Diptheriae yang umumnya menyerang selaput lendir pada hidung dan tenggorokan, serta terkadang dapat memengaruhi kulit. Penyakit ini sangat menular dan termasuk infeksi serius yang berpotensi mengancam jiwa.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


(ALB)
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif