Dalam pameran yang digelar di Gedung Digital Library itu, foto atau gambar tokoh-tokoh pers yang berasal atau paling tidak pernah berkecimpung di media cetak yang ada di Sumut, seperti Adinegoro, Parada Harahap, Rohana Kudus, Hamka, Adam Malik, Muhammad Said, Ani Idrus, dan BM juga dipajang bersama sejumlah koleksi yang berhasil dikumpulkan PUSSIS Unimed.
Ketua PUSSIS Unimed Ichwan Azhari, penggagas pameran itu, mengatakan pameran tersebut mengangkat tema 130 Tahun Surat Kabar Yang Pernah Terbit di Sumatera Utara (1886-2016). Pameran itu dilakukan mengingat Sumatera Utara memiliki sejarah cukup besar di bidang pers.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Mengumpulkan koleksi untuk pameran itu tidaklah mudah. Tim PUSSIS terpaksa berburu di toko loak. Sayangnya, media di Medan umumnya tidak mempunyai sistem arsip yang baik. Parahnya, pemerintah juga terkesan kurang peduli dengan sistem arsip ini.
"Seharusnya koleksi ini juga dipunyai lembaga arsip atau perpustakaan, tapi tidak ada di sana. Lihat Mimbar Umum (surat kabar tertua yang masih terbit di Medan), ditulis terbit sejak 1945, waktu saya datang ke sana, mereka tidak punya. Yang terlama itu hanya edisi lima tahun lalu," jelas Ichwan yang pernah juga aktif sebagai wartawan.
Menurutnya, arsip media cetak yang lengkap sangat penting. Sebab, dari koleksi-koleksi yang ada, dapat terlihat sejarah dan pencerminan masyarakat ketika itu. Akan tampak jelas ide-ide pejuang pers di masa lalu. Begitu pula dengan karya sastra, kartun, catatan kejadian, bencana, dan peristiwa politik dapat ditelaah kembali berdasarkan catatan yang telah dicetak.
"Ini kan warisan sejarah yang besar. Tapi saat ini kesadaran arsip di kalangan media, bahkan pemerintah, sangat menurun. Karena itu dengan pameran ini kita ingin menggugah pemerintah dan media untuk lebih peduli pada arsip," kata Ichwan.
Karena belum ada lembaga yang tergerak mengumpulkan koleksi pers dari masa ke masa, Ichwan dan kawan-kawan menggagas Museum Sejarah Pers Medan.
"Supaya ada kepedulian terjadap sejarah. Sasarannya, museum ini tidak boleh milik pribadi karena hanya akan aktif saat yang bersangkutan masih hidup. Harapan saya dianeksasi universitas," kata Ichwan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(UWA)