"Jumlah balita kasus gizi buruk di Sumut tahun 2015 sebanyak 1.152 dan jumlah ini menurun sedkit dibanding 2014 yaitu 1.196 kasus," kata Kabid Pelayanan Penanggungjawab Kegiatan Gizi Dinas Kesehatan Sumut, Ferdinan, Jumat, (22/1/2016).
Ferdinan menjelaskan penyebab gizi buruk karena faktor langsung seperti penyakit atau infeksi, dan kurang gizi. Namun, faktor tidak langsung seperti pola asuh anak dan pendidikan ibu pun bisa menjadi penyebab.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
"Semakin tinggi pendidikan ibu semakin baik gizi anak. Juga karena lingkungan, makin bersih atau higienis lingkungan biasanya anak gizi buruk semakin kecil. Tetapi, akar masalah gizi buruk adalah kemiskinan menyebabkan daya beli atau kemampuan yang terbatas," ungkapnya
Gizi buruk, kata Ferdinan, tidak hanya masalah kesehatan tapi harus ditanggulangi bersama seperti dengan badan ketahanan pangan, pertanian dan lainnya. Pelayanan kesehatan harus berperan untuk melakukan pemantauan gizi buruk.
"Tiap kabupaten/kota harus ada indikator kesehatan yaitu usia harapan hidup, persentase kematian ibu dan bayi serta persentase gizi. Bagaimana peran pelayanan kesehatan seperti di tingkat Puskesmas, ada apa tidak pemantauan gizi buruk dan kalau ada segera diobati atau diberikan makanan tambahan," urainya.
Dinas Kesehatan Sumut, tambahnya lagi, telah mendistribusikan pemberian makanan tambahan ke kabupaten/kota, memberikan makanan pendamping ASI (MPASI) untuk balita usia 6 sampai 24 bulan selama 90 hari yang sasarannya adalah balita yang kekurangan bobot tubuh, pemberian vitamin A dan lainnya.
"Posyandu juga tetap melakukan pencatatan ada tidaknya kasus gizi buruk, melakukan penimbangan berat badan balita naik apa turun. Ini awal dari pencegahan gizi buruk. Paling penting, bagaimana komitmen pemerintah daerah dalam menanggulangi masalah kesehatan dan ini tercermin dari anggaran yang disediakan," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(LDS)
