Aktivitas bongkar muat di Pelabuhan Internasional Batuampar, Batam, Provinsi kepri.--MTVN/Anwar--
Aktivitas bongkar muat di Pelabuhan Internasional Batuampar, Batam, Provinsi kepri.--MTVN/Anwar-- (Anwar Sadat Guna)

2.000 Tenaga Kerja Kehilangan Pekerjaan di Sektor Kepelabuhanan Batam

dermaga
Anwar Sadat Guna • 25 April 2017 12:31
medcom.id, Batam: Sebanyak 2.000 tenaga kerja kehilangan pekerjaan dampak dari merosotnya jumlah kapal asing yang sandar maupun bongkar muat di Pelabuhan Internasional Batuampar, Batam, Provinsi Kepri. 
 
INSA, organisasi perusahaan pelayaran niaga nasional, Kota Batam mencatat, saat ini hanya ada sekira 2 atau 3 kapal asing per hari yang sandar di Pelabuhan Batuampar. 
 
"Paling banyak lima kapal sehari, dari sebelumnya bisa mencapai 10 kapal per hari," ungkap Sekretaris II INSA Kota Batam, Oesman Hasyim kepada Metrotvnews.com, Senin, 24 April 2017. 

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


Ia mengungkapkan, akibat penurunan jumlah kapal asing yang masuk ke Batam, pelaku usaha yang tergabung dalam INSA Kota Batam juga harus mengurangi jumlah tenaga kerja. 
 
"Jumlah perusahaan yang tergabung dalam INSA Batam sekira 200 perusahaan. Satu perusahaan rata-rata mengurangi 10 tenaga kerja, artinya ada sekira 2.000 tenaga kerja yang kehilangan pekerjaan," ungkap Oesman. 
 
Sejak jumlah kapal asing yang masuk ke Batam merosot drastis selama setahun terakhir, sambung Oesman, aktivitas bongkar muat di pelabuhan ikut sepi. 
 
"Sektor transportasi yang dulunya ramai keluar masuk pelabuhan mengangkut kontainer, sekarang berkurang karena arus masuk barang (kontainer) juga menurun," beber Oesman. 
 
Wakil Ketua Kadin Kepri Bidang Transportasi, Pelabuhan dan Maritim ini menambahkan, sektor pelabuhan dan jasa pelayaran niaga saling berkaitan dan bidang ini termasuk menyerap banyak tenaga kerja.
 
Perlu diketahui, efek domino dari merosotnya jumlah kapal asing yang sandar dan masuk ke Batam sangat besar. 
 
"Bayangkan, satu kapal yang memuat ratusan kontainer ada sekira 1.000 transaksi di situ. Bila sehari hanya ada 2 atau 3 kapal saja yang sandar, berapa besar potensi kehilangan pendapatan negara di Batam?" tambah Oesman.
 
Baca: Aktivitas Kapal Asing di Batam Merosot hingga 50 Persen
 
Pihaknya meminta Badan Pengusahaan (BP) Batam sebagai regulator Kawasan Pelabuhan Bebas dan Perdagangan Bebas Batam untuk mengkaji lagi kebijakannya memberlakukan pembayaran deposit 125 persen bagi kapal-kapal yang akan sandar di Batam. 
 
"Penyetoran uang muka 125 persen itu sangat memberatkan perusahaan, dalam hal ini kapal-kapal asing. Singapura aja dengan fasilitas dan infrastruktur pelabuhan yang sangat memadai hanya menerapkan pembayaran 30 persen bagi kapal yang masuk ke negaranya," tambah Oesman. 
 
Humas Asosiasi Tenaga Ahli Kepabeanan (ATAK) Batam, Iskandar, mengaku pengusaha yang tergabung dalam asosiasi yang bergerak di bidang ekspor-impor ini juga turut merasakan dampak dari merosotnya arus masuk barang di Batam. 
 
"Penurunan arus barang, khususnya impor, yang paling terasa. Penurunannya bisa mencapai 50 persen sejak BP Batam memberlakukan tarif layanan jasa kepelabuhanan," ungkap Iskandar. 

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


(ALB)
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif