Kepala Bidang Pengawasan dan Penindakan Kantor Imigrasi (Wasdakim) Batam Oki Drajad Rizky berkoordinasi dengan pemerintah soal masalah tersebut. Sehingga, dampak sosial tak muncul di Kota Batam.
"Contoh yang baru terungkap soal dugaan prostitusi yang melibatkan imigran. Bukan tak mungkin, mereka (imigran) melakukan tindakan kejahatan lain. Misalnya menyebarkan paham radikal. Apalagi, sebagian besar mereka (imigran) berasal dari beberapa negara di Timur Tengah," kata Oki.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
.jpg)
(Hotel Kolekta yang menjadi tempat penampungan imigran di Batam, MTVN - Anwar Sadat Guna)
Oki menuturkan Batam menampung kurang lebih 400 orang. Sekitar 300 imigran ditampung di Hotel Kolekta. Sisanya bermukim di Taman Aspirasi di Batam Centre.
Ketua DPRD Kota Batam Nuryanto menyambut baik permintaan Wasdakim itu. Lantaran itu, kata Nuryanto, DPRD akan mengundang pemerintah kota dan keimigrasian untuk membahas masalah tersebut.
"Masalah imigran ini harus segera kita sikapi. Pemerintah daerah harus tegas untuk menyetop imigran masuk ke Batam. Karena daerah ini bukan tempat untuk menampung para pencari suaka," ujarnya.
Pada 8 September, polisi memeriksa 10 warga negara asing (WNA) di beberapa tempat kebugaran di Batam. Diduga, mereka berprofesi sebagai gigolo.
Baca: Sepuluh WNA Diduga Gigolo Dibekuk di Batam
Polisi juga mengamankan seorang warga Indonesia berinisial R, 35. R berlaku sebagai muncikari untuk mengelola kegiatan prositusi itu.
Para imigran itu ditampung di Hotel Kolekta Batam. Imigran yang ditampung di Kolekta itu berada dalam perhatian International Organization of Migrasi (IOM).
Baca: Polisi Tangkap Muncikari & Penikmat Imigran Gigolo di Batam
Mereka kini ditahan di Rumah Detensi Imigrasi di Kantor Imigrasi Batam Centre untuk penyelidikan lebih lanjut. Lihat video:
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(RRN)