Mereka memprotes tindakan kekerasan oknum anggota TNI terhadap jurnalis Madiun, Jawa Timur. Mereka mengekspresikan protes dengan menutup mulut menggunakan lakban hitam dan beraksi teaterikal.
"Ini bentuk keprihatinan kita. Padahal Panglima TNI sudah memberikan imbauan agar tak ada lagi kekerasan terhadap jurnalis. Tapi, masih saja terjadi," kata koordinator aksi, Amrizal.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Aksi ini dilakukan agar Presiden dan Panglima TNI menindak tegas oknum TNI yang menganiaya jurnalis.
"Sampai saat ini belum ada kejelasan hukum terhadap oknum TNI yang menindas jurnalis Array dan Safrin di Sarirejo Medan. Kita mendesak Panglima TNI untuk segera menuntaskan persoalan hukum mereka," katanya.

Sejumlah jurnalis tengah beraksi teaterikal
Amrizal mengatakan terus terjadinya kekerasan terhadap jurnalis menunjukkan prajurit tak mengindahkan perintah Panglima TNI.
Setelah beraksi di Bundaran Jalan Sudirman, awak media berjalan ke Markas Komando Operasional Lanud Soewondo Medan dan kembali berorasi di sana.
Sejumlah jurnalis asal Medan mengalami kekerasan oknum prajurit TNI AU saat meliput unjuk rasa warga Sarirejo pada Senin 15 Agustus 2016. Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo berjanji tak akan ada lagi kekerasan oleh prajurit setelah peristiwa itu.
Namun, janji itu tak bertahan lama. Pada Minggu malam 2 Oktober, sejumlah anggota Batalyon Infanteri Lintas Udara 501 Bajra Yudha, Madiun, memukul terhadap jurnalis Net TV, Soni Misdiananto, yang tengah meliput kecelakaan lalu lintas di Kecamatan Taman, Madiun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(UWA)