Pesantren yang didirikan mantan napi terorisme Khairul Ghazali ini diharapkan dapat mereduksi radikalisme.
"Mudah-mudahan ini jadi langkah awal untuk kemaslahatan kita semua," kata Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Suhardi Alius usai peletakan batu pertama pembangunan masjid BNPT di Pesantren Darusy Syifa, Rabu (7/9/2016).
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Acara ini juga dihadiri Kapolda Sulawesi Tengah Brigjen Rudy Sufahriadi, Wakapolda Sumut Brigjen Adi Pranoto, dan Wakapolresta Medan AKBP Mahedi Surindra.
Dia mengatakan, untuk mereduksi radikalisme, tidak harus selalu menggunakan pendekatan represif. Pola pendekatan kemanusiaan pun harus lebih banyak dilakukan. "Mudah-mudahan dapat mereduksi radikalisme," katanya.
Suhardi Alius mendukung penuh pendirian pesantren ini. Anak-anak mantan napi terorisme dan teroris yang masih DPO, kata dia, seharusnya tidak dimarginalkan. "Mereka harus dirangkul serta dijadikan anak asuh. Keluarganya diberi kewirausahaan sehingga betul-betul ada sentuhan," kata dia.
Menurut Suhardi, pesantren Darusy Syifa yang merupakan binaan BNPT ini akan menjadi percontohan. Dia menyebut ada rencana pembangunan pesantren serupa di tempat-tempat lain.
"Pesantren ini role model. Ada beberapa kantong yang berpotensi radikal, jadi prioritas kami untuk melakukan hal semacam ini," ujar dia.
Pendiri Pesantren Darusy Syifa, Khairul Ghazali, adalah napi terorisme yang terlibat dalam perampokan CIMB Niaga pada 2010. Ghazali dijatuhi hukuman enam tahun penjara.
Setelah menjalani hukuman 4 tahun 2 bulan, Ghazali mendapat pembebasan bersyarat. Saat ini, ada 20 santri yang menjalani pendidikan di pesantren berkonsep sekolah alam itu. Mereka dididik oleh lima orang tenaga pengajar yang merupakan relawan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(UWA)
