"Alat tersebut masih dalam perjalanan menuju Jakarta. Begitu tiba, akan langsung dibawa ke Dinas Penelitian dan Pengembangan TNI Angkatan Laut untuk diteliti," kata Kepala Dinas Penerangan Armada RI Kawasan Barat (Armabar), Letnan Kolonel Ariris Miftachurrahman, saat dihubungi Metrotvnews.com, Jumat (11/3/2016).
Ariris mengatakan jumlah alat pengintai yang ditemukan hanya satu. "Kami tak menemukan ada alat sejenis di sana," ujar dia.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Pasukan Komando Armabar menemukan benda mencurigakan di perairan Kepulauan Natuna, Sabtu, 5 Maret. Penemuan itu berdasarkan informasi dari nelayan yang sejak 1 Maret melihat ada benda mencurigakan di kedalaman 7 hingga 8 meter di sekitar 12 mil dari Pantai Midai.

(Salah satu jenis tail buoy. Foto: Seamap.com)
Armabar sementara menyimpulkan benda mencurigakan itu merupakan bagian dari survei seismic (partnerplas) atau peralatan yang biasa digunakan untuk mengidentifikasi ada atau tidaknya ladang minyak, gas, atau sumber daya alam bawah laut lainnya.
"Peralatan ini berbentuk perahu kecil dilengkapi sensor aptomar yang menggunakan kombinasi teknologi inframerah dengan sensor rendah. Alat ini ditenagai cahaya matahari," kata Ariris.
Dugaan sementara, peralatan ini merupakan tail buoy atau bagian alat survei seismic yang biasa dipakai tim survei Norwegia atau Australia untuk mengetahui sumber daya gas mineral bawah laut. Armabar belum mau berkomentar lebih jauh apakah alat ini termasuk bentuk pencurian data atau tidak.
Perairan Natuna merupakan perairan sensitif karena berbatasan langsung dengan Laut Cina Selatan. Sejumlah negara saling mengklaim kedaulatan di Laut Cina Selatan. Tiongkok merupakan salah satu negara yang paling masif mengganggap bahwa perairan itu merupakan wilayah kedaulatan mereka.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(UWA)