Tukang bentor memarkirkan kendaraan mereka di depan kantor yang berlokasi di Jalan Kapten Maulana Lubis, Selasa 21 Februari 2017. Mereka membawa spanduk dan pengeras suara.
"Kami meminta Wali Kota menghentikan angkutan berbasis online. Jangan ada lagi angkutan online. Karena menyengsarakan kami tukang becak," teriak seorang orator di depan Kantor Wali Kota.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Johan Merdeka, koordinator aksi, mengatakan angkutan berbasis online bertentangan dengan Undang Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan. Kendaraan online pun melanggar Peraturan Pemerintah Nomor 74 tahun 2014 tentang Angkutan Jalan.
"Ketentuan angkutan umum adalah minimal beroda tiga, berbadan hukum, dan memiliki izin penyelenggara angkutan umum. Karena itu, kami meminta pemerintah menghentikan angkutan online," kata Johan.
Johan juga meminta pemerintah mempermudah pengendara bentor mengurusi berbagai dokumen. Johan meminta pemerintah menjadikan bentor sebagai ikon angkutan umum di Medan.
"Pemerintah Kota (Pemko) Medan, Gubernur dan Dinas Perhubungan untuk bertindak tegas kepada angkutan berbasis online. Kami mau kendaraan yang berbentuk online tak ada lagi di Medan ini," pinta Johan.
Bentor merupakan kendaraan roda tiga yang beroperasi di Medan. Kendaraan itu berupa sepeda motor yang digandengkan di samping tempat duduk menyerupai gerobak.
Pengendaranya memacu kendaraan itu di sepeda motor. Sedangkan penumpang duduk di gerobak yang bentuknya seperti becak itu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(RRN)
