Kordinator Kecamatan Lhoknga, Zainal, mengatakan pabrik tersebut kerap membuang limbah secara terbuka ke sungai yang bermuara ke laut lepas. Hal ini tentu saja merugikan warga sekitar pabrik. Dia menuturkan, setelah tsunami, saat pabrik belum beroperasi, banyak masyarakat yang menjaring ikan bandeng dan ikan kecil lainnya di aliran sungai tersebut. Namun, selama enam tahun terakhir aktivitas tersebut tidak bisa lagi dilakoni masyarakat Lhoknga.
“Kita tidak keberatan ada pabrik asing masuk ke sini, tapi jangan sampai merugikan masyarakat,” kata Zainal, Jumat (29/1/2016).
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Amatan Metrotvnews.com, aliran sungai yang menjadi tempat pembuangan limbah pabrik semen tersebut terlihat kehitaman. Permukaan air juga tampak berminyak. Zainal mengatakan itu merupakan oli bekas pembuangan mesin dari pabrik tersebut.
Menurutnya, pencemaran air akibat limbah dari pabrik ini sudah terjadi sejak sebulan lalu. Namun, setelah menggelar aksi protes sejak sore tadi, pihak managemen PT Lafarge Cemen Indonesia akhirnya terjun langsung bersama masyarakat untuk melihat kondisi sungai yang tercemar akibat kebocoran limbah.
Hingga saat ini, manajemen PT Lafarge Cemen Indonesia tengah berdiskusi bersama masyarakat untuk menindaklanjuti kejadian tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(UWA)