"Kasus gizi buruk tersebut, saat ini sudah ditangani serta dilakukan pendampingan," kata Kepala Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi Dinkes Medan, dr Shereivia, Kamis, 6 Juli 2017.
Dia mengatakan pada 2016 lalu, ada 104 kasus gizi buruk. Dari sejumlah kasus itu sudah ada yang pindah, sembuh ataupun meninggal. Untuk mencegah kasus itu, setiap bulannya Dinkes Medan melakukan pemantauan di masing-masing kecamatan dan puskesmas.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
"Kalau ada anak yang timbangannya yang tidak sesuai, maka selanjutnya kita lakukan sosialisasi ke keluaraga. Lalu dilakukan Pemberian Makanan Tambahan (PMT), dan pemantauan perkembangannya," jelasnya.
Dinkes Medan juga menggandeng Fakultas Kedokteran dalam melakukan pemantauan. Selama bekerja di puskesmas, para dokter muda juga melakukan pendampingan untuk gizi buruk itu.
"Di Medan, hampir setiap kecamatan terdapat kasus gizi buruk. Kasus terbanyak, terdapat di Medan Labuhan 11 kasus, Johor 12 kasus, dan Belawan 8 kasus," pungkasnya.
Shereivia menambahkan, kasus gizi buruk ini faktor utamanya adalah persoalan ekonomi. Selain itu, pemahaman masyarakat yang masih kurang, sehingga perlu dilakukan penyuluhan dan sosialisasi.
"Itulah kita harus membuka mindset masyarakat. Sosialisasi memang sudah dilakukan, tapi tetap saja masih ada yang percaya dengan cara pengobatan tradisional," bebernya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(ALB)
