ilustrasi pemasungan. Foto: AFP
ilustrasi pemasungan. Foto: AFP (Farida Noris)

224 Orang di Sumut Dipasung

pasung
Farida Noris • 09 Mei 2017 19:21
medcom.id, Medan: Kasus pemasungan masih saja terjadi di Sumatera Utara. Tercatat ada 224 orang dipasung menggunakan balok kayu dan rantai oleh keluarga mereka. Pemasungan dilakukan agar si penderita tidak melukai orang lain.
 
"Keluarga yang paling banyak melakukan pemasungan antara lain ada di Simalungun sebanyak 29 orang, Asahan 23 orang dan Tapanuli Tengah 19 orang," kata Kepala Seksi Penyakit Tidak Menular Dinas Kesehatan Sumut, Hery Valona B Ambarita, Selasa 9 Mei 2017. 
 
Hery mengungkapkan ada beragam penyebab seseorang dipasung, yakni karena mengalami gangguan jiwa, dan demensia atau pikun. Pada orangtua, mereka suka mengamuk jika keluar rumah dan tidak tau jalan pulang.

Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?


"Jadi, tujuannya dipasung untuk melindungi dari pada membuat susah atau merugikan orang lain dan lingkungannya. Juga melindungi orang yang dipasung seperti perempuan dari perkosaan. Juga ada yang malu kalau ketahuan orang lain," urainya.
 
Untuk menyembuhkan mereka, jelas Hery, terkendala berbagai hal. Di antaranya jumlah dokter spesialis kejiwaan yang terbatas. Di Sumut, tercatat hanya ada 47 orang dokter spesialis kejiwaan. Itu pun mayoritas mereka berada di Medan. 
 
"Untuk memberikan pemahaman agar keluarga tidak melakukan pemasungan, membutuhkan waktu. Dari 34 RSUD yang memberikan pelayanan kejiwaan, 12 dokternya dari Medan yang datang hanya semingu sekali," jelasnya.
 
Anggaran tiap kabupaten/kota juga minim. Bahkan masih banyak masyarakat yang lebih memilih membawa keluarga mereka yang mengalami gangguan jiwa ke dukun, bukan ke pelayanan kesehatan.
 
"Masih ada stigma buruk masyarakat terhadap Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ). Mayoritas ODGJ tidak mempunyai Nomor Induk Kependudukan (NIK) sehingga tidak bisa memakai BPJS dan tidak tercantum di Kartu Keluarga," kata Hery.
 
Karenanya, Hery mengharapkan ada kerjasama lintas sektor dengan daerah, Disdukcapil, Bappeda, DPRD dan pihak terkait lainnya. Termasuk anggaran dari pemerintah. 
 
“ODGJ dipasung bukan hanya masalah kesehatan, tetapi perlu kerjasama lintas sektor untuk menanganinya. Dinkes menyediakan obat, melakukan bimbingan teknis dan monitoring serta evaluasi, meningkatkan kapasitas petugas dengan pelatihan bagi petugas Puskesmas,” ucapnya.
 
Terpisah, Dr dr Elmeida Effendy Mked KJ SpKJ (K) mengatakan, gangguan jiwa dapat disembuhkan. Yang terpenting adalah selalu mengevaluasi ulang kondisi kejiwaan seseorang pasien secara berkala. Jenis gangguan jiwa sangat beragam, dari ringan hingga berat.
 
"Untuk yang taraf ringan bisa sembuh sempurna. Untuk yang taraf berat jika penatalaksanaannya dilakukan segera juga bisa disembuhkan sempurna. Namun ada juga yang sembuh atau terkendali dengan penggunaan obat dan terapi non-medikamentosa, yakni terapi perilaku kognitif, psikoterapi, latihan relaksasi dan terapi kelompok," bebernya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


(ALB)
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif