Kemarin, massa PP dan IPK baku serang di Jalan Thamrin, Kota Medan. Satu orang tewas, dan beberapa orang lainnya luka-luka. Polisi dan TNI telah mendamaikan kedua kubu. Pimpinan PP dan IPK sepakat damai.
Namun, bibit-bibit dendam masih tertanam di hati anggota. Sepanjang Minggu 31 Januari 2016, siang tadi, kerusuhan sporadis terjadi di Kota Medan. Massa PP dan IPK kembali saling serang di Jalan Juanda. Polisi melepaskan empat tembakan ke udara untuk membubarkan massa.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Malah, beberapa anggota PP kedapatan membawa senjata tajam dan airsoft gun saat akan hadir di acara pelantikan Majelis Pimpinan Cabang PP di Lapangan Banteng, Kota Medan. Tak sedikit pula yang melakukan perlawanan ketika hendak diamankan petugas.
Jelas, kondisi ini membuat warga tak tenang. Reri Johana, 36, warga Jalan Jamin Ginting, mengaku was-was.
"Enggak berani keluar rumah. Takut jadi korban kerusuhan," papar Reri, karyawan salah satu bank swasta di Kota Medan, petang ini.
Ia berharap, pihak kepolisian bisa secepatnya menuntaskan persolan ini. Agar warga Kota Medan tidak dihantui rasa cemas. Reri juga berharap, pihak kepolisian bisa menindak tegas pihak-pihak yang meresahkan masyarakat.
"Cocoknya itu (ormas) dihapuskan saja. Hanya meresahkan masyarakat saja. Hanya buat rusuh, apalagi kalau sudah di jalan. Ugal-ugalan, buat rusuh. Intinya hapus saja itu," imbuhnya.
Sementara itu, Tazli, 31 warga Medan Sunggal mengatakan, aparat kepolisian harusnya bisa melakukan penyelesaian bentrokan yang terjadi. Harus ada solusi yang pas untuk menyelesaikannya.
"Ini sudah menjadi masalah klasik yang tidak selesai-selesai. Kalau tidak ada solusi, ya, bakalan seperti ini terus," paparnya.
Ia menambahkan, agar memberi efek jera harus diberikan hukuman yang berat. Harus diusut sampai tuntas siapa pelaku yang menyebabkan tewasnya korban. "Yang terpenting penindakan harus seimbang. Polisi tidak boleh memihak," kata Tazli.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(SAN)