Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam Aceh, Genman S. Hasibuan mengatakan telah menurunkan dua orang dokter hewan dan empat orang mahout (pawang gajah) ke lokasi kejadian untuk memeriksa penyebab kematian anak gajah tersebut. Ia menduga gajah jantan itu mati karena racun. Berdasarkan laporan warga desa setempat, terdapat darah yang keluar dari belalai gajah.
"Dugaan kita diracun, tapi untuk pastinya kita masih menunggu hasil autopsi," kata Genman saat dihubungi Metrotvnews.com, Jumat (17/2/2016).
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Genman mengatakan gajah yang mati ini tidak termasuk kategori pemburuan gading. Hal itu dikarenakan pada bangkai gajah ini tidak ada gading yang hilang.
Dalam kurun waktu dua tahun terakhir, untuk pertama kalinya warga menemukan gajah mati di kawasan tersebut. Sejak 2015, Genman mengatakan sering mendapat laporan dari masyarakat tentang kawanan gajah yang datang dan masuk ke perkebunan warga.
Konflik satwa dan manusia ini, ungkapnya, terjadi karena adanya pembukaan lahan perkebunan dan pelebaran jalan di kawasan yang dihuni gajah. Meskipun kerap terjadi konflik satwa dengan masyarakat setempat, dia memastikan selama ini tidak pernah ada gajah yang terbunuh.
Genman mengatakan kawasan tersebut memang dihuni oleh gajah-gajah liar. Kawanan gajah liar ini berjumlah 42 ekor yang hidup di sekitar Krueng Peusangan yang meliputi wilayah Aceh Tengah, Bener Meriah, dan Bireuen. "Kita berharap ini pertama dan terakhir kalinya gajah ditemukan mati," ujar dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(UWA)