Pantauan Metrotvnews.com, sejak sore pukul 17.00, kawasan pura sudah dipadati ratusan umat Hindu. Mereka berkumpul di halaman pura, duduk sembari melantunkan doa jelang pawai ogoh-ogoh.
Setelah selesai berdoa, puluhan umat Hindu baik laki-laki maupun wanita mengangkat ogoh-ogoh dan mulai mengaraknya keluar pura. Tak ketinggalan, puluhan anak-anak juga mengarak ogoh-ogoh berukuran kecil.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Kehadiran mereka menarik perhatian pengunjung maupun warga yang sengaja hadir menyaksikan pawai tersebut. Sama seperti pria dewasa, anak-anak tersebut juga mengenakan pakaian khas umat Hindu saat pawai berlangsung.

Anak-anak antusias mengarak ogoh-ogoh berukuran kecil saat pawai ogoh-ogoh di Pura Agung Amertha Buana, Batam. (MTVN/Anwar Sadat Guna)
Tiga ogoh-ogoh yang disiapkan pengelola pura mulai diarak menuju persimpangan Perum Sandona dan kembali lagi ke pura. Selama diarak, peserta pawai sesekali berputar sembari menggoyang-goyangkan ogoh-ogoh ke atas dan ke bawah.
Setibanya di pura, ogoh-ogoh tersebut selanjutnya dibakar. Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia, Provinsi Kepri, I Wayan Jasmin mengatakan, ogoh-ogoh adalah lambang sifat buruk manusia, seperti; iri, lobha, sombong, serakah, dan sifat buruk lainnya.
Setelah diarak, kata Jasmin, ogoh-ogoh selanjutnya dibakar. "Secara simbolis hal ini bermakna agar umat Hindu pada keesokan harinya dapat melaksanakan puasa atau catur brata penyepian dengan tenang tanpa gangguan dan hambatan yang berarti," ujarnya.
Ditambahkan Jasmin, keesokan harinya yakni Selasa 28 Maret 2017, tepat Hari Raya Nyepi, umat Hindu melaksanakan catur brata penyepian (puasa) mulai pukul 06.00 hingga pukul 06.00 keesokan harinya.
"Selama puasa tersebut, umat Hindu melakukan penyepian, tidak menyalakan api, tidak bepergian, mengendalikan (menenangkan) diri, dan membatasi diri dari kesenangan sehari-hari, seperti makan, minum, menonton tv, dan hiburan lainnya," kata Jasmin.
Sebelum pawai ogoh-ogoh, ratusan umat Hindu di Batam melaksanakan upacara Tawur Agung Kesanga atau Ngerupuk. Upacara ini bermakna membersihkan dan mengembalikan keseimbangan alam semesta dan isinya serta diri manusia.
Bahkan sehari sebelumya, yakni Minggu sore sekira pukul 17.00, umat Hindu Batam melaksanakan upacara Melasti di Seiladi, Baloi, Kota Batam.
"Upacara ini mengandung makna, membersihkan diri manusia dan alam semesta baik secara lahir maupun batin, serta untuk memperoleh Tirta Amerta atau air suci kehidupan," kata Jasmin.
Pawai ogoh-ogoh di Pura Agung Amertha Buana ini berakhir sekira pukul 21.00 WIB. Selain umat Hindu di Batam, banyak warga sekitar dan pengendara yang melintas berhenti sekadar untuk mengabadikan pawai ini menggunakan gadget mereka.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(LDS)