Menurut penuturan warga, semasa hidupnya almarhum terkenal rajin bekerja. Iwan, 38, yang juga tetangganya, mengatakan Azam bekerja sebagai buruh panjat kelapa dengan upah Rp8.000 per kelapa. Saat siang hari, almarhum pergi mencari rumput untuk makanan sapi-sapi yang dititipkan padanya.
Menurut Iwan, almarhum terkenal sangat supel dan sering berinteraksi dengan warga desa. Malah, setiap sore usai bekerja, Azam kerap bermain layangan dengan pemuda sekitar di lapangan dekat rumahnya di gampong Kuta Karang, Kecamatan Darul Imarah, Aceh Besar.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
"Dia anaknya baik. Sering duduk-duduk dengan warga lainnya. Tapi, masalah granat ini dia tak pernah cerita," kata Iwan kepada Metrotvnews.com.
Selama ini, kata dia, tidak ada warga yang tahu tentang asal-usul granat yang berada di kandang sapi milik Azam itu. Warga baru mengetahuinya saat mendengar suara ledakan siang tadi dan melihat korban tergeletak dengan kondisi mengenaskan.
Hal yang sama juga diungkapkan Zuhra, tetangga korban. Dia mengaku kaget saat mendapat kabar Azam meninggal karena ledakan granat. Baginya, Azam merupakan pemuda yang periang dan ramah. "Satu kampung terkejut dengar kabar dia meninggal. Anaknya periang," kata Zuhra sambil menahan air mata.
Azam merupakan anak kedua dari empat bersaudara Sabirin dan Khairani. Azam ditemukan dengan kondisi organ perut keluar dan tangan sebelah kiri putus. Hingga saat ini polisi masih mencari potongan tangan kiri korban di tempat kejadian perkara. Polisi menduga granat yang meledak merupakan granat jenis nanas. Namun, polisi belum menyimpulkan motif dari ledakan granat itu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(UWA)
