Kepala Bidang Keamanan Kanwil Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Sumsel Sugito mengatakan, pendekatan personal cukup efektif mengantisipasi tahanan kabur. Terlebih ketika petugas jaga tidak berimbang dengan jumlah napi.
Selain itu, Kepolisian saat ini rutin menyambangi sejumlah rutan dan lapas di Sumsel. "Kadang ada dua sampai lima polisi yang datang. Mereka mengobrol serta mendukung napi agar berlaku positif selama di dalam tahanan," kata Gito, Selasa 9 Mei 2017.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Gito mengakui, hampir seluruh rutan dan lapas di Sumsel kelebihan kapasitas. "Kami berharap, adanya jalinan kekeluargaan dapat menghindarkan pikiran negatif yang menyebabkan kejadian seperti di Pekanbaru," cetusnya.
Kendala lain yang dihadapi rutan dan lapas selain kelebihan kapasitas adalah distribusi air. "Air PDAM itu hanya mengalir pada waktu tertentu dan selama satu jam. Padahal, jumlah tahanan ada ribuan. Otomatis selalu kekurangan air," terangnya.
Pihak lapas dan rutan sebenarnya sudah melakukan antisipasi kelangkaan air dengan membeli air satu mobil tangki. Namun, tetap belum mampu memenuhi kebutuhan seluruh napi.
"Kami sudah beberapa kali mengajukan agar distribusi air diperpanjang. Tetap saja, belum terpenuhi hingga sekarang dan menjadi keluhan para napi," pungkasnya.
Berdasarkan data Polda Riau, narapidana awal di Rutan Sialang Bungkuk sebelum kabur pada Jumat, 5 Mei 2017, berjumlah 1.870. Setelah terjadi kericuhan dan kabur massal, jumlah tahanan tersisa 1.422 orang. Dari perhitungan tersebut, jumlah tahanan yang kabur mencapai 448 orang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(NIN)