"Ketum baru Golkar harus figur yang bisa dijual ke masyarakat, apalagi pada pemilu 2019 mendatang, pemilu legislatif akan bersamaan dengan pemilihan presiden. Dan hanya berlangsung satu putaran," kata Chairul dalam keterangan tertulisnya yang diterima di Padang, Sumatera Barat, Jumat (14/4/2016).
Figur tersebut, lanjut Chairul, harus punya terobosan baru bagi kemenangan partai Golkar di pilkada 2017, pilkada 2018, dan pemilu 2019. "Bukan tidak mungkin, dengan ketum baru dan kepengurusan konsolidasi yang tepat, partai Golkar akan berjaya kembali. Minimal tetap di posisi dua dan bisa kembali juara pada pemilu 2024," ujarnya.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Dalam kesempatan itu, ISC juga mengeluarkan survei terbaru siapa kandidat ketum terpopuler Golkar. Berdasarkan riset ISC, muncul empat nama kandidat kuat, yakni Ade Komarudin, Airlangga Hartarto, Aziz Syamsuddin, dan Idrus Marham.
"Dari keempat nama itu, elektabilitas Airlangga tertinggi dengan 12,6 persen. Disusul Ade Komarudin (10,9 persen), Aziz Syamsuddin (10.1 persen), dan Idrus Marham (8.9 persen)," kata peneliti senior ISC, Igor Dirgantara.
Mencuatnya nama Airlangga, kata Igor, salah satunya adalah konsep dia yang mengedepankan sekolah politik. Namun, kata dia, semua berpulang ke anggota DPD 1, DPD 2, dan organisasi sayap Partai Golkar yang mempunyai hak suara.
"Walaupun pemilihan ketum Golkar adalah domainnya DPD, pilihan terhadap parpol tetap berada di ranah publik. Karena ada korelasi positif antara kandidat ketum golkar dengan elektabilitas partai beringin itu," kata Igor.
Survei ISC dilaksanakan pada 5-20 Maret di 34 provinsi di Indonesia. Jumlah sample 1.230 responden melalui teknik probability sampling dengan varian multistage random sampling (rambang berjenjang), dengan tingkat kesalahan 2,8 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(UWA)