"Medan berada di luar daerah yang dilintasi totalitas gerhana. Karena itu masyarakat Medan hanya melihat GMS," kata Kepala Observatorium Ilmu Falak Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (OIF-UMSU) Dr. Arwin Juli Rakhmadi Butar-butar, Kamis (3/3/2016).
Alumnus Jurusan Filologi Astronomi di Institute of Arab Research and Studies Cairo Mesir ini menambahkan, di Indonesia GMT secara utuh terjadi ada 11 titik, masing-masing di Palembang, Bangka Belitung, Palangkaraya, Balikpapan, Sampit, Luwuk, Ternate, Tidore, Palu, Poso, dan Halmamera.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
"Selama beberapa saat, pagi hari yang seharusnya terang menjadi lebih gelap seperti sinar matahari ketika sore hari. GMT di bagian timur Indonesia akan berlangsung sekitar 3 menit pukul 09.00 waktu setempat sedangkan di bagian barat akan berlangsung sekitar pukul 07.30 WIB," kata dia menjelaskan.

Dia mengingatkan agar masyarakat berhati-hati dengan paparan sinar matahari saat gerhana. Pasalnya cahaya matahari akan menyilaukan mata. Apabila melihat gerhana matahari terlalu lama tanpa dibantu dengan kaca mata khusus bisa mengakibatkan kebutaan.
"Paparan cahaya matahari dengan intensitas tinggi akan menembus mata dan merusak lapisan retina mata. Oleh karena itu disarankan menggunakan kaca mata untuk melihat fenomena alam ini," kata dia.
Ketika gerhana matahari sedang berlangsung, katanya, OIF UMSU berencana mengadakan salah sunah gerhana matahari berjamaah bersama masyarakat. Gerhana matahari menjadi momen ibadah karena sebagai bukti keesaan Allah SWT dan juga Indonesia bakal menjadi pusat sains dunia. "Kami juga akan mengadakan acara seminar pra-GMT untuk menyosialisakan fenomena alam ini," ujar dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(UWA)