Kegiatan tersebut mendapat sambutan meriah dari pengunjung terutama pelajar, khususnya untuk ASEAN-India Competition. Pelajar SMA 23 Bandung Hanif Ahmadzakir menilai kompetisi tersebut dapat meningkatkan daya saing antarpelajar di berbagai negara.
"Tambah ini internasional. Hawanya itu beda. Daya saingnya itu keluar. Selain dituntut berinovasi, kita juga dituntut untuk bisa berbahasa Inggris," kata Hanif di Gedung GWB, Tangerang Selatan, Jumat 28 September 2018.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Menurutnya, penilaian untuk kompetensi tersebut dilakukan secara objektif sesuai dengan kualitas dari inovasi yang ditampilkan. Kata Hanif, peserta dari negara lain menampilkan inovasi yang cukup unik seperti mengembangkan sensor waireless pada mobil.
"Tadi ada juga yang mengembangkan sensor waireless pada mobil. Itu kan unik, kenapa bisa orang memiliki pemikiran seperti itu. Itu keren seh," ungkap dia.
Sementara itu, peserta asal SMA 3 Bandung Ayubella Anggraini Leksono menyebut kompetisi yang digelar oleh Puspitek memiliki dampak positif terhadap peneliti lainnya. Sebab, ajang tersebut memberikan penilaian dan ukuran terhadap inovasi yang diciptakan oleh peserta.
"Kalau aku pribadi perlu banget. Karena kita ga mau jago kandang. Kita juga pengen tau sebenarnya kita seperti apa. Jadi evaluasi, apa seh kekurangan kita," ujar Ayu.
Seperti diketahui, ASEAN-India Competition terbagi ke dalam kategori umum dan pelajar. Sebanyak enam negara (ASEAN dan India) turut berpartisipasi dalam perlombaan tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(Des)