Programer DBD pada Dinkes Kabupaten Jepara Widhiyarto menyampaikan, sejak akhir Januari 2019, hampir setiap hari pihaknya banyak menerima permintaan pengasapan. Jika dibanding tahun lalu, ada peningkatan permintaan.
“Angka pastinya berapa belum bisa kami sampaikan, tapi setiap hari hampir ada permintaan. Ada dari perorangan, perusahaan, caleg juga ada. Kondisi ini tidak seperti tahun lalu,” kata Widhiyarto saat dihubungi Medcom.id, Selasa, 5 Februari 2019.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Menurut dia, permintaan pengasapan diprediksi akan terus meningkat hingga akhir Maret. Meski begitu, tidak semua permintaan dapat dipenuhi. Pasalnya, sebelum pengasapan, penyelidikan epidemiologi (PE) harus dilakukan agar tak menyebabkan resistensi insektisida malathion oleh vektor (nyamuk pembawa).
“Ada metode-metode tertentu. Fogging (pengasapan) upaya terakhir yang terpenting memberikan pemahaman dan pendidikan pada masyarakat,” kata Widhiyarto.
Widhiyarto menerangkan pengasapan dapat dilakukan pada lingkungan korban jiwa DBD. Contohnya, dalam radius 200 meter, terdapat sedikitnya tiga penderita DBD. Selain itu, adanya tingkat bebas jentik di bawah 95 persen.
Baca: Jepara Selektif Lakukan Fogging
“Kami menganjurkan lakukanlah gerakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) untuk memberantas jentik-jentik karena jika jentiknya sudah tidak ada, maka nyamuknya pun hilang,” saran Widhiyarto.
Dia menambahkan tingkat kewaspadaan masyarakat harus ditingkatkan pada musim pancaroba. Itu karena nyamuk membutuhkan kondisi genangan yang tenang untuk dapat mencapai fase dewasa.
“Jika kondisi seperti ini (hujan disertai panas keesokan harinya) jentik nyamuk justru lebih gampang berkembang biak. Jangan lupa menguras tampungan air, atau benda-benda yang mampu menampung air,” pungkas Widhiyarto.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(OGI)
