Saat ditemui Metrotvnews.com, Mbah Sadiyo sedang menambal lubang di kawasan ruas jalan Gondang-Tunjungan, Rabu, 1 Maret 2017. Mengangkat ember berisi semen seorang diri di siang terik, membuat peluh tak henti mengalir di pelipis kakek tujuh orang cucu itu.
Sebagian besar bahan material menambal lubang jalan ia beli dari keringatnya, hasil menjual rongsokan yang tentu saja tidak seberapa. Ya, Sadiyo selama ini bekerja menjadi seorang pemulung di kawasan Gondang, Sragen.
"Hasil rongsokan yang saya kumpulkan dijual setiap lima hari. Kalau plastik dihargai Rp2 ribu per kilo. Jika ada besi, nilainya bisa lebih," kata Sadiyo.
Dalam satu minggu, Sadiyo biasanya mendapatkan penghasian Rp 100 ribu hingga Rp 150 ribu dari menjual rongsokan. Menariknya setiap menerima pembayaran, pria ini selalu menyisihkan uang untuk membeli semen yang ia gunakan menambal jalan berlubang.
Sisa penghasilan ia gunakan untuk menghidupi istrinya, Tumirah dan cucunya, Wibowo Rafi Pandu Jaladara, 12. Sedangkan ketiga anaknya merantau ke Bekasi. "Saya, istri dan cucu saya selalu makan seadanya," lanjutnya. Kadang, Sadiyo juga menerima tawaran menjadi buruh bangunan jika tetangganya sedang merenovasi rumah.
Inisiatifnya menambal lubang di jalan muncul sejak lima tahun lalu, tepatnya tahun 2012. Sadiyo pernah terjatuh terkena lubang saat membawa hasil rongsokan dengan becaknya.
"Berebut jalan halus dengan pengguna motor. Saya memilih mengalah, ternyata ada lubang. Saya tidak bisa menghindari lubang, lalu jatuh, becak yang saya gunakan mengangkut rongsokan rusak," tuturnya.
.jpg)
Tak berhenti sampai disitu, tetangga Sadiyo pernah mengalami kecelakaan tunggal saat melintasi jalan berlubang di ruas Gondang- Tunjungan. Tetangganya mengalami patah tulang hingga harus dirawat di rumah sakit.
"Paginya saya cek jalan itu. Lubangnya memang cukup besar dan dalam. Saya langsung beli semen, batu dan pasir kemudian menambal sendiri lubang tersebut, biar tidak makan korban lagi," urai pria kelahiran 7 April 1952 itu.
Dari tahun 2012, Sadiyo telah menambal beberapa lubang di ruas jalan Gondang hingga Banaran sepanjang kurang lebih lima kilometer. Sadiyo juga mengaku pernah menambal lubang di Jembatan Tempursari.
Lubang-lubang di ruas jalan Gondang-Tunjungan pun tak luput ditambal olehnya. "Saya sudah menambal lubang di wilayah Gondang-Tunjungan sejauh kurang lebih tiga kilometer," ujar Mbah Sadiyo yang tinggal di Grasak RT 42 RW 11, Kecamatan Gondang, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah.
Tak mau menunggu pemerintah, Sadiyo memilih menambal lubang jalan dengan caranya sendiri. Meski beberapa orang mulai membantu memberikan bantuan bahan material, namun ia mengakui tak banyak orang yang mau mengikuti langkahnya.
Pernah suatu kali, seseorang menghampiri Sadiyo, ia mengira Sadiyo memperbaiki lubang lantaran mendapatkan proyek. "Mbah, kok dapat proyek tidak ajak-ajak. Saya jawab saja, kamu mau bantu saya nambal lubang? Tapi tanpa bayaran. Dan orang itu langsung pergi," tutur Sadiyo.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Saat ditanya dorongan apa yang membuatnya konsisten menambal lubang jalan dengan uang pribadi, pria berperawakan kurus itu menjawab singkat. "Saya niatkan ibadah, Lillahi Ta'ala," tutup dia.
.jpg)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(ALB)