Ketua Yayasan Pitulikur Pulo Karmunjawa Djati Utomo menyampaikan, lantaran tak ada TPA, sampah yang dihasilkan masyarakat dikumpulkan di lahan milik warga RT 6 RW II Desa Karimun. Begitu juga sampah yang dihasilkan dari aktivitas pariwisata maupun sampah dari laut ditumpuk begitu saja di lahan warga.
“Contohnya, sampah yang didapat dari kegiatan bersih pantai ini sebanyak 10 ton. Ya, akhirnya hanya kami tumpuk begitu saja,” ujar Djati, Minggu (22/1/2017).
Untuk mengurangi tumpukan sumpah, Djati menambahkan, warga hanya membakarnya. Namun, saat musim penghujan seperti saat ini upaya pembakaran sampah tak maksimal. Akibatnya muncul bau dari tumpukan sampah itu.
“Kalau tidak ada TPA dan penanganan sampah yang baik di Karimunjawa, itu akan menjadi salah satu masalah besar nantinya,” kata Djati.
Selain TPA, Djati menambahkan, armada untuk mengangkut sampah juga tidak kalah penting. Sebab sampah yang terseret arus laut tersebar di berbagai titik perairan di Karimunjawa. Itu seperti di perairan Pulau Cemara Besar, Pulau Cemara Kecil, dan kampung nelayan Lego.
Kasi Kebersihan pada Dinas Perumahan Rakyat dan Penataan Kawasan Permukiman Jepara Lulut Andi Ariyanto menyampaikan, saat ini proses pembangunan TPA Karimunjawa dilakukan secara bertahap. Lahan seluas 1 hektare di Dukuh Alang-alang Karimunjawa disiapkan untuk TPA.
“Pembangunannya bertahap, akses jalan menuju lokasi TPA sudah dibangun. Lahan 1 hektar yang disiapkan nanti bisa dibuat tiga hingga empat tempat penimbunan sampah,” kata mantan UPT TPA Bandengan Jepara.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(SAN)
