Elisabet, warga Desa Tanjung Karang mengaku mengungsi sejak Kamis, 9 Februari 2017, pukul 02.00 WIB. Ketinggian genangan banjir di dalam rumahnya, kata dia, mencapai 30-an sentimeter. Sedangkan di jalan perkampungan bisa mencapai 40-an cm.
Untuk sementara, dia bersama keluarganya mengungsi ke rumah saudaranya di Desa Jepang Pakis, Kecamatan Mejobo.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Ina Kurniati, yang bertetangga dengan Elisabet juga mengungsi meski banjir tak sampai masuk rumahnya. "Untuk jaga kesehatan anak saja, saya mengungsi ke rumah saudara di Desa Rendeng, Kecamatan Kota, Kudus," ujarnya, dikutip Antara.
Ketua Rukun Warga 7 Desa Tanjung Karang Wibowo memperkirakan, jumlah warganya mencapai 210 keluarga. Dari jumlah tersebut, kata dia, memang ada yang tidak mengungsi, terutama yang rumahnya sudah direnovasi dengan pondasi yang lebih tinggi.
"Kami masih mendata jumlah warga yang mengungsi, termasuk yang membutuhkan tempat pengungsian karena akan disediakan tempat pengungsian di balai desa," tuturnya.
Selain menggenangi permukiman penduduk, banjir juga menggenangi beberapa sekolah. Seperti SD 3 Jati Wetan serta MI NU Basyirul Anam. Akibatnya, siswa diliburkan meskipun ada beberapa siswa yang masih masuk ke sekolah.
Camat Jati Andreas Wahyu Adi mengaku masih mendata jumlah rumah warga yang terendam. Ia mengatakan, tempat pengungsian yang hendak disiapkan, untuk sementara di balai desa masing-masing karena tidak terkena dampak banjir.
Banjir telah melanda hampir sepekan terakhir. Adapun penyebab banjir, kata dia, karena curah hujan tinggi.
"Warga hanya bisa berharap, debit Sungai Wulan turun, sehingga air bisa dibuang ke sungai tersebut menggunakan pompa air yang berada di Desa Jati Wetan," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
(SAN)